Mohon tunggu...
F. Chaerunisa
F. Chaerunisa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Akun ini sudah tidak aktif.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Semua Yahudi adalah Zionis?

23 Juli 2019   12:33 Diperbarui: 23 Juli 2019   12:43 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Puncak emigrasi ini adalah ketika berlangsungnya peristiwa Holocaust di Jerman saat Perang Dunia II. Saat itu pula, negara-negara Barat mulai menunjukkan dukungan atas gagasan berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina. Israel kemudian memproklamasikan kemerdekaannya pada 1948, dan segera di-amin-kan oleh Presiden AS saat itu, Henry Truman, pada hari yang sama.

Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua Yahudi adalah zionis. Glass dalam artikelnya yang terbit pada 1975 membeberkan bahwa, di antara Yahudi Israel sendiri, setidaknya terdapat tiga kelompok anti-zionis besar: Yahudi Ortodoks, kelompok politik kiri anti-zionisme, dan kelompok humanis. Presentasi ketiganya hanya mencapai 8% dari total penduduk Israel. Namun, mereka merepresentasikan 50% debat yang paling signifikan di Israel.

Kelompok Yahudi Ortodoks menentang zionisme berdasarkan alasan religius. Menurut mereka, dalam Hukum Agama Yahudi, tidak terdapat "nasionalisme Yahudi". Orang-orang Yahudi hanya berdiri di atas iman kepada Tuhan dan dalam memenuhi Hukum Yahudi. Ketika Zionis datang untuk membuat orang Yahudi menjadi orang yang memiliki nasionalisme sendiri, mereka menghapuskan iman dan tidak lagi menaati Hukum Yahudi. Oleh karena itulah, bagi mereka, zionisme merupakan suatu bentuk "kemurtadan".

Lain alasannya dengan kelompok politik kiri anti-zionisme. Kelompok ini menentang zionisme karena gerakan politik ini dianggap rasis---secara fundamental, imperialis-kolonialis, dan menjadi pembatas utama dalam mencapai perdamaian dan kemajuan sosial di Timur Tengah. Sementara itu, kelompok humanis terang-terangan tidak mendukung zionisme atas alasan menghindari perang (dalam hal ini dengan dunia Arab).

Konflik Israel-Palestina memang membuat siapapun prihatin. Perang yang tak kunjung reda di era modern ini membuat siapapun bersimpati terhadap para korban. Meski merobek-robek kemanusiaan, kita jangan sampai terjebak dalam "buram"-nya image Yahudi di media-media massa. Saya percaya, tidak ada yang salah dalam mengekspresikan simpati dan empati. Menjadi salah ketika kita memutuskan untuk membenci. Bukankah, di atas segalanya, kebencianlah yang memulai rusaknya kemanusiaan?

Referensi:

[1] Remotivi. 2018. Gambar Buram Yahudi di Media Indonesia. Diakses dari https://youtu.be/TzllYXSAloI.

[2] The Anti-Defamation League. 2014. Index of Individuals Harboring Anti-Semitic Attitudes. Diakses dari https://global100.adl.org/#country/indonesia/2014.

[3] Pew Research Center. 2013. A Portrait of Jewish American. Diakses dari https://www.pewforum.org/2013/10/01/chapter-7-people-of-jewish-background-and-jewish-affinity/.

[4] Vajda, Georges, et. al. 2019. Judaism. Diakses dari https://www.britannica.com/topic/Judaism.

[5] TRT World. 2017. Zionism Explained. Diakses dari https://youtu.be/xpG6qIRxesU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun