Mohon tunggu...
F. Chaerunisa
F. Chaerunisa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Akun ini sudah tidak aktif.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Perlukah Pembatasan Musik?

28 Februari 2019   13:31 Diperbarui: 28 Februari 2019   13:49 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Efektifkah?

Tentu tidak. Berikut alasannya.

  • Membungkam kebebasan dalam berkarya.

Semua orang bebas berkarya. Tapi dengan adanya aturan ini, nampaknya masyarakat akan berpikir ulang untuk berkarya. Akan muncul banyak, "Bagaimana ketika karya saya tidak bisa diapresiasi para penggemar karena dilarang pembuat kebijakan?". Hasilnya, karya yang keluar hanya sebatas yang aman-aman saja. Jika begitu, bukannya kita hanya mengulang zaman kegelapannya abad pertengahan? Maka, tidak ada yang berkembang dan dapat dikembangkan, dong?

  • Alasan "mengandung unsur seks bebas" tidak urgent.

Baik. Sekarang, lagu-lagu itu dianggap mengandung unsur seks bebas. Kemudian ketujuh belas lagu tersebut diatur sedemikian rupa hingga tidak boleh diputar kecuali pada jam 22.00---03.00. Jika sudah begitu, yakinkah seks bebas akan musnah atau stidaknya berkurang? Tidak juga.

Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi seks bebas, dan lagu bukanlah faktor terbesarnya---bahkan mungkin tidak termasuk dalam kategori faktor yang mempengaruhinya. Herlangga (2013) pada thesis diplomanya yang berjudul "Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Seks Bebas di Kalangan Remaja (Studi Kasus di Desa Kasomalang Kulon Kecamatan Kasomalang Kabupaten Subang)", menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya seks bebas di kalangan remaja antara lain adalah faktor lingkungan, keluarga, ekonomi dan teknologi. Faktor utamanya sendiri berasal dari lingkungan karena para remaja terhasut oleh temannya sehingga mereka mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

Tapi, lagu-lagu itu juga merupakan salah satu faktornya!

Baik. Lalu bagaimana dengan kebanyakan lagu dangdut yang juga memiliki lirik vulgar? Mengapa tidak kena banned juga? Bukankah justru lagu dengan lirik berbahasa Indonesia jauh lebih mudah dipahami oleh anak-anak ketimbang lagu-lagu berbahasa asing?

  • Indonesia akan dianggap sebagai negara "konservatif" dan berpemikiran tertutup.

Dampak terakhir ini mungkin sangat luas dan tidak terduga. Tapi, ya, pasti beberapa orang di dunia modern ini pasti sedang tak habis pikir tentang betapa konservatifnya salah satu negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara ini. Akan ada beberapa negara yang menyangsikan keterpercayaan Indonesia dalam membebaskan industri musik untuk berkembang ketika pola pikir tertutup---yang tercermin dari regulasi KPID Jabar menyangkut 17 lagu yang dilarang diputar kecuali pada jam dewasa---ini mendunia. Akibatnya bisa sangat jauh, hingga berpotensi mengurangi kepercayaan negara lain untuk bekerjasama, meski peluangnya sangat kecil.

Apa solusi yang tepat untuk mengatasi degradasi moral terutama seks bebas?

Sesuai lansiran huffingtonpost yang terdapat dalam fimela.com, Departemen Kesehatan Umum di California menyatakan adanya penurunan sebesar 60 persen pada angka remaja melahirkan di sana. Pada tahun 1991 terdapat 70.9 kelahiran pada usia remaja 15-19 tahun. Sedang pada tahun 2011 angkanya menurun menjadi 28 kelahiran saja. Tahukah kalian apa yang melatarbelakangi turunnya angka tersebut secara signifikan?

Jawabannya, ada banyak faktor, namun yang paling besar pengaruhnya adalah pendidikan seksual. Pendidikan seksual dianggap sangat akurat secara medis dan komprehensif pengajarannya sehingga banyak sekali membantu memberi informasi yang tepat disesuaikan dengan kematangan usia si penerima informasi. Dengan lancarnya serah-terima informasi yang aktual tentang seks, para remaja akan memilih pilihan yang bertanggungjawab untuk diri mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun