Apanya yang dibangun? Jika kehadiran penambangan itu justru kini menyebabkan polusi udara dan suara. Jalanan rusak, air bersih mulai susah. Rusak alam desa yang dulu damai dan asri. Apa sebenarnya yang dicari oleh sebuah desa, oleh sebuah keluarga? Bukankah desa kita dulu dalam kedamaian dan ketenangan hidup.Â
Jadi apalagi yang kita cari? Sudah didapatkan itu semua sebelum penambangan itu ada. Jangan taburkan konsep abstrak "kesejahteraan" di kepala warga, jika kalian sendiri tidak mengerti apalagi mewujudkan apa yang kalian katakan. "Kalian memanipulasi demi kepentingan dan keserakahan segelintir penguasa!" lantangmu.
Kau sendiri dan suaramu mudah dibungkam oleh kebodohan dan ketakutan yang berkerumun. Kau dianggap bocah tak tahu apa-apa. Cuma berpikir untuk diri sendiri.Â
Bahkan pikiranmu dituduh seperti PKI atau pemberontak. Kalau bukan status gadis dan bocah, kau gampang sekali dilaporkan dan ditangkap aparat karena menghalangi pembangunan. Kau disuruh tutup mulut. Perempuan kok lancang sekali. Merasa sok pinter.
Ibumu malu, sering menyalahkanmu, dan apa kau tak bisa diam dan menerima saja? Begitu juga kakak-kakakmu memarahi akan sikapmu. Kau pun makin tersendirikan, terpojokkan di dalam keluarga, juga di desa.
Kau bahagia di sekolah. Terus belajar, menjadi ketua OSIS, menjadi pradana pramuka. Pertama dalam sejarah sekolah perempuan jadi ketua OSIS sekaligus pradana pramuka.Â
Namun, organisasi kegiatan ekstrakurikuler sekolah itu tak berfungsi. Hanya status saja dirimu sebagai ketua. Karena tak ada dana pembinaan, tak ada fasilitas pendukung, dan siswa-siswa pun tidak tertarik.
Kau pun lagi-lagi ujungnya sendiri dengan mimpi, pikiranmu, dan jabatan ketua tanpa kegiatan itu. Kau kalah karena sendiri, perempuan, dan jelata. Tak bisa merangkul apalagi menggerakkan teman-teman. Mereka tak tahu apa yang harusnya dimimpiwujudkan.Â
Kau melihat bahwa kemiskinan, kebodohan, dan kemalasan telah membuat mereka takut akan mimpi-mimpi lalu menertawakan siapa saja yang punya mimpi.
Kau akhirnya fokus ke pendidikan saja. Belajar giat, mengejar nilai rapor bagus agar kelak kampus menerimamu melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan).Â
Sebenarnya kau ingin juga berprestasi melalui olahraga: badminton seperti Susi Susanti atau Mia Audina. Namun, sekolah tidak punya fasilitas olahraga mahal itu. Desa pun membangun di lahan terbuka. Mainnya malam, ketika angin telah rebah, dan itu hanya buat laki-laki, sementara perempuan main di rumah atau main rebahan di kasur.