semua bergilir begitu, berulang begitu.
sampai aus.
dan bumi pun muntah tak tahan.
**
persoalannya bukan
mana lebih bahagia, lebih baik
di puncak atau di lembah.
persoalannya penglihatan diri sendiri;
seberapa gampang membuka peluang
untuk Dikacaukan.
kiamat, surga, dan neraka itu
diri sendiri yang berkontribusi mewujudkannya.
***
kenali diri dan kondisi (penglihatan).
jalani, nikmati dengan apa yang ada,
bukan dengan apa yang tak ada.
bahagialah dengan diri.
tak perlu memaksakan keinginan
jika keadaan diri adalah lembah
tapi hendak menjadi gunung.
tak perlu merasa tinggi, kuat, hebat
jika sementara ada di puncak,
karena pada waktunya ke lembah jua.
ingat, keinginan adalah awal tragedi.
yang sedang terjadipun
adalah pergelaran tragedi.
lalu penglihatan diri harus tajam
untuk meluruskan diri
agar tak sampai kacau (mabuk)
ke diri, saat sedang menjalani.
tak mudah. ya.
kuat-kuatlah
dan jangan lupa bahagia.
*