Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebagai Gunung, Sebagai Lembah

21 Maret 2021   14:56 Diperbarui: 24 Januari 2023   02:50 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

yang berada di puncak,
pada akhirnya ke lembah jua.

jadi persoalannya adalah bukan
mana lebih bahagia, lebih baik
di puncak atau di lembah.

persoalannya adalah membanding-bandingkan
dengan memakai sudut pandang masing-masing.  
lembah yang melihat gunung.
gunung yang melihat lembah.

saat lupa sebagai apa,
kita kadang mudah sekali Dikacaukan penglihatan.
lupa melihat posisi dan peran masing-masing.

muncullah membanding-bandingkan yang sebenarnya bukan untuk dibanding-bandingkan.
karena itulah, muncul ego berkuasa, paling kuat, paling benar.

merasa ada tak adil.

muncullah keinginan
lembah yang ingin menjadi gunung;
keinginan merambah ke sesuatu
yang bukan wilayahnya.
mulailah ketidakseimbangan terjadi, gejolak.

bukankah itu berawal karena lupa posisi peran sebagai lembah, sebagai puncak?
bukankah seharusnya saling melengkapi, seimbang, dan bahagia dengan cara masing-masing?
bahagia pun tak selalu selamanya.
dipergilirkan merasakan itu.
yang penting sabar.
mendapatkan matahari, angin, dan air,
ada waktunya masing-masing.

sayang, manusia bukan makhuk yang bisa diam, seperti lembah dan puncak. tak mudah tunduk.
makhluk yang mudah berkeluh kesah, tak sabaran, kikir, mudah lupa dan khilaf, bodoh, bebal.
karena itu begitu mudah Dikacaukan penglihatannya.

akhirnya, terjadilah yang terjadi.
segala yang tak berjalan sebagaimana mestinya; pusing angin, meledak gunung, banjir lembah.

lalu sekurun waktu,
berdamai kembali manusia
saat lembah telah merupa gunung
dan gunung telah merupa lembah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun