Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mogok di Hutan

12 November 2018   16:45 Diperbarui: 16 November 2018   19:11 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mau kuhamburkan semua kesusahan kami pada Tuan Terhormat ini, tapi tak jadi. Teriakan Anggi memecahkan situasi memanas di antara kami.

Anggi kami lihat terduduk di tanah. "Sori, Om. Kepleset aku. Tadi kirain bakal jatuh ke jurang. Maap, Om." Jurang dengan lembah yang berhutan itu, sangat dekat dari posisi jatuhnya Anggi. Dia bangkit, berdiri sambil meringis. Kakinya sepertinya tergilir. Aku bantu memapahnya.

Kanaya keluar dari minibus dengan ributnya. "Kak Anggii, kenapa? Ada beruang ya? Liat singa, harimau? Apa dipatuk ular berbisa? Aaah..., Kak Anggi, jangan mati!" Kanaya menangis menghambur ikut memapah Anggi.

Dari minibus, Kevin terdengar menangis memanggil ayahnya. Luqman bergegas masuk ke minibus.

"Jangan konyol deh!" Anggi menepis tangan Kanaya.  "Mana ada beruang, harimau di sini.  Tadi aku tuh liat kuskus di pohon di situ. Mau motret, eh tapi kepleset. Udah lepasin. Mas ini bisa kok mapahin aku sendiri." Anggi makin menggelayut ke leherku. 

jamitarris.photoshelter.com|Jami Tarris
jamitarris.photoshelter.com|Jami Tarris
Kanaya berhenti menangis. Sekilas menatap Anggi penuh arti. Tapi kemudian sudah sibuk ke sekeliling, ketakutan. Senter handphone dihidupkan padahal sore masih terang.

Aku mendudukkan Anggi di pinggir jalan. "Tolong jaga Kanaya, ya." Anggi mengacungkan jempol tanda siap. Anggi menghidupkan kamera mirrorless, merekam santai yang sedang terjadi. Kanaya ikut duduk merapat samping Anggi. Aku masuk ke minibus.

"Baik-baik semua, Pak, Bu?" tanyaku. Kevin kulihat menangis merangkul ibunya, Prita.

"Kapan jalan lagi mobilnya, Mas?" tanya Prita cemas sambil mengusap kepala Kevin. 

"Tenang, Sayang. Sebentar lagi jalan. Ya, 'kan, Mas?!" Luqman yang menjawab dan memerintahkan dengan isyarat agar aku mengiyakan. Aku paham maksudnya.

"Ya, Bu. Bentar lagi beres. Mobilnya lagi didinginkan dulu. Dik Kevin, santai aja, ya."

"Tuh, Kevin,  dengar 'kan? Gak ada apa-apa. Sebentar lagi beres. Kak Anggi tadi kepleset doang gara-gara kesenangan liat kuskus. Bukan diterkam beruang. Jangan dengerin kak Kanaya. Ngawur dia. Cengeng dia. Kevin anak kuat dan pintar 'kan?" Luqman menenangkan Kevin. Kulihat kasih sayang dan bijaknya sebagai ayah. "Mama dan Kevin di sini aja kalo gak mau keluar mobil. Tenang aja. Kami ke luar dulu ya. Oh ya, ini lotion anti nyamuk dan obat asma." Luqman mengeluarkan obat-obatan itu dari tas pinggangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun