Mohon tunggu...
Fahmi Aziz
Fahmi Aziz Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat kata

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Giliran Petani yang Balik Nawar

12 Agustus 2020   22:53 Diperbarui: 13 Agustus 2020   12:41 3053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani menuai padi di sawah | Sumber: KOMPAS.com

Satu-satunya pilihan adalah kredit tengkulak dengan bunga yang tinggi dan ketentuan yang sangat merugikan. Akibatnya, anak petani segan untuk melanjutkan mata pencaharian orangtuanya.

Begitu pula para petani itu sendiri tidak ingin anaknya terjebak dalam 'lingkaran setan' sepeti yang mereka alami. Regenerasi pun terputus dan bahkan diperkirakan akan terjadi krisis petani dalam 10 tahun ke depan.

Barang tentu hal ini tidak diinginkan oleh pemerintah RI. Terlebih di masa krisis yang tak tentu kapan selesainya, ketahanan pangan (food security) 287 juta jiwa harus tetap terjaga.

Ditambah, Indonesia memiliki ambisi untuk memanfaatkan peluang ekspor produksi pertanian di masa kelangkaan pangan global ini.

Belakangan, Pemerintah telah mencanangkan program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Yakni, memasang target bahwa ekspor pertanian harus meningkat hingga tiga kali lipat. Untuk merealisasikannya, telah dikucurkan anggaran Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp50 triliun.

Apakah itu cukup?

Sudah pasti tidak, petani sebagai pelaku pertanian terdepan perlu dijamin kesejahteraannya dan meningkatnya pendapatan.

Petani Punya Banyak Pilihan

Saya lupa siapa yang mengucapkan, seingatnya saya adalah tokoh pertanian di India. Dia pernah berkata,

"Reformasi pertanian adalah ketika petani dapat menjual panennya kapanpun dan kepada siapapun". 

Sejujurnya dalam kalimat sederhana ini sarat akan mimpi para petani sejak lama.

Selama ini, petani umumnya terpaksa menjual panennya pada saat itu juga. Karena mereka tidak memiliki prasarana gudang penyimpanan yang memadai. Ditambah dengan jerat tengkulak yang tidak bisa bebas dengan mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun