Bagi pasangan suami istri, buah hati merupakan sebuah anugerah dan amanah dari Allah yang harus dijaga. Sebuah kebanggan tersendiri bisa diamanahi seorang buah hati, maka sebagai orang tua harus memperhatikan pola pengasuhan buah hati nya sedari dini agar kelak menjadi anak yang sholeh/sholehah, berguna bagi nusa bangsa dan agamanya juga membanggakan orang tua nya.
Ada anak kecil kira kira berumur 1 tahun lebih sedikit, ia lagi asyik bermain dengan mainan nya dan ada mama nya juga yang jagain. Kemudian di rasa si kecil sudah anteng bermain, mama nya pergi untuk mencuci baju. Lalu apa yang terjadi? Si kecil merengek dan menangis seakan menandakan tak ingin ditinggal mama nya. Lalu ia merangkak menuju arah mama nya dan mengulurkan tangan nya yang mengisyaratkan minta gendong. Nah, dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa si anak kecil tersebut memiliki sebuah kelekatan dengan mama nya. Lalu apasih yang namanya kelekatan itu?
Kelekatan (Attachment) menurut Mary Ainsworth adalah ikatan emosional yang dibentuk oleh seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, yang mengikat mereka sepanjang waktu. Para peneliti mendeskripsikan bayi memiliki kelekatan aman atau kelekatan tidak aman (dalam tiga jenis kelekatan tidak aman) terhadap pengasuh, yaitu : Bayi dengan kelekatan aman (securely attached babies)Â Ketika anak mengalami kelekatan dengan perasaan aman (secure), mereka akan lebih percaya diri ketika figur lekatnya (orangtua/pengasuh) memberikan apa yang mereka butuhkan.Â
Anak akan menggunakan figur lekat sebagai dasar untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan. Anak lebih mudah ditenangkan ketika mengalami tekanan. Kelekatan jenis ini akan terbentuk ketika orangtua/pengasuh sensitif untuk merespon kebutuhan anak dengan reaksi yang tepat. Bayi dengan kelekatan tidak aman dan menghindar (insecure avoidant babies)Â Anak memperlihatkan kelekatan tidak aman melalui tindakan menghindar dari pengasuh.Â
Seorang anak ini tidak banyak berinteraksi dengan pengasuhnya, tidak merasa tertekan ketika pengasuh meninggalkan nya, biasanya tidak menjalin kontak kembali ketika pengasuh hadir dan kembali dihadapan nya dan bahkan mungkin membelakangi pengasuh tersebut. Bayi dengan kelekatan tidak aman dan menolak (insecure resistant babies) akan menunjukkan perilaku lekat atau ketergantungan, tapi menolak figur lekat saat ia mencoba berinteraksi. Anak gagal mengembangkan perasaan aman dari kelekatannya dengan orangtua/pengasuh.Â
Hal ini akan mempersulit untuk melakukan eksplorasi hal baru di lingkungannya. Ketika mengalami tekanan, anak akan sulit merasa tenang dan merasa tidak nyaman berinteraksi dengan figur lekatnya. Bentuk kelekatan ini terjadi karena orangtua/pengasuh tidak konsisten dalam merespon kebutuhan anak. Itulah tiga jenis kelekatan yang ada pada anak.Â
Namun kelekatan sendiri tidak timbul secara tiba-tiba, akan tetapi berkembang melalui serangkaian tahapan, diawali dengan preferensi umum bayi terhadap manusia hingga kebersamaan dengan pengasuh utamanya. Berikut ini adalah empat tahapan itu, yang didasarkan pada konsep kelekatan menurut Bowlby (Schaffer, 1996) :
· Tahap 1 : Dari lahir hingga usia 2 bulan. Secara insting bayi menjalin kelekatan dengan manusia. Orang asing, saudara, dan orang tua memiliki peluang yang sama untuk membangkitkan senyuman atau tangisan dari bayi itu sendiri.
· Tahap 2 : Dari usia 2 bulan hingga 7 bulan. Kelekatan menjadi berfokus pada satu individu, biasanya kepada pengasuh utama, bersamaan dengan bayi belajar secara bertahap membedakan antara orang yang dikenal dan tidak dikenalnya.
· Tahap 3 : Dari usia 7 bulan hingga 24 bulan. Kelekatan yang khusus berkembang. Ketika keterampilan lokomotor meningkat, bayi secara aktif berusaha menjalin kontak secara teratur dengan para pengasuh, seperti ibu atau ayah.
· Tahap 4 : Dari usia 24 bulan hingga seterusnya. Anak-anak menjadi lebih menyadari perasaan, tujuan, dan rencana orang lain, serta mulai mempertimbangkan hal-hal ini dalam menentukan tindakannya sendiri.