Mohon tunggu...
Coretan Maba
Coretan Maba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Maba 2020

No one can read this message.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Review The Most Epic Lecturer, Dosen Wajib Baca!

29 April 2021   01:15 Diperbarui: 29 April 2021   01:39 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Setiap tulisan memiliki cita rasa..

Assalamualaikum wr wb.

Salam sehat selalu untuk semua terutama bagi readers blog ini. Di tengah pandemi virus Covid - 19 yang melanda dunia saat ini, semoga kita selalu diberi kelimpahan kesehatan oleh Allah SWT, Sang Maha Kuasa, amiin. Topik yang akan kita bahas kali ini adalah mengenai sistem pembelajaran. Namun bukan sistem pendidikan nasional, bukan pula sistem pendidikan yang dimiliki oleh dunia internasional. One hundred percent I am very sure, the most number one but not the only one, the most epic lecturer I have ever known, Mr Edi Purwanto, M.Si.

Why should him? Sebelum kita memasuki poin utamanya, saya, as his student, I want to tell how I met one of the trillions of unique creations by God like him. Saya saat ini menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi di Malang, Jawa Timur berlabel X dan Bapak Edi Purwanto adalah salah satu dosen di kampus X tersebut. Saat pemilihan jadwal Kartu Rencana Studi (KRS), saya kehabisan kuota ketika hendak memilih dosen lama saya, tak mempunyai pilihan lain, akhirnya saya memutuskan mengambil mata kuliah Kewarganegaraan pada hari Jumat pagi di bawah bimbingan beliau.

Ketika kuliah pertama saya dengan beliau, sebenarnya saya cukup kaget. Karena gaya bicara teman-teman saya dengan beliau terbilang agak gaul, just like with friends not like students with their lecturer. Saya sempat berpikir apakah teman saya yang kurang ajar atau memang beliau yang menerapkan sistem yang bisa dibilang santuy. Akhirnya terjawab sudah rasa penasaran yang membelenggu di benak saya.

Saya yakin, teramat yakin, sembilan puluh persen dosen yang ada di negara kita tercinta Indonesia ini, adalah tipikal dosen yang stick to the rules dan gemar memberi tugas dan ujian kepada mahasiswanya. Tapi label dosen seperti itu sangat jauh bertolak belakang dengan bapak Edi Purwanto. Hahahah ingin tertawa saya rasanya jika harus menceritakan tentang beliau mengingat kesantuyannya. Beliau adalah dosen yang sangat dan serba santuy, mengapa demikian? Sekarang saya akan bertanya ke seluruh readers tulisan ini, pengecualian teman-teman saya semata kuliah ya. 

Adakah dosen atau pengajar mata kuliah anda yang menjemput anda ke rumah untuk ngopi atau nongkrong bareng? Adakah dosen atau pengajar mata kuliah anda yang tidak memberi anda tugas selama satu semester? Adakah dosen atau pengajar mata kuliah anda yang tidak memberi ujian baik ujian tengah semester atau ujian akhir semester? Adakah dosen atau pengajar mata kuliah anda yang rela mendapat lontaran umpatan dari anda? Adakah dosen atau pengajar mata kuliah anda yang membentuk kebiasaan baru dalam hidup anda? 

Saya memiliki lima pertanyaan untuk anda, jika tak satupun pertanyaan dari saya yang jawabnnya adalah "ada", maka dosen anda tidaklah epic. Jika tiga dari lima pertanyaan jawabannya adalah "ada", maka dosen atau pengajar anda bisa dikategorikan epic. Namun jika kelima pertanyaan dari saya memiliki jawaban "ada", maka dosen anda sangatlah epic. Sama seperti dosen mata kuliah Kewarganegaraan saya yang satu ini, beliau sangatlah epic.

Kesan saya terhadap pembelajaran Bapak Edi Purwanto adalah beliau menyajikan cara pengajaran yang sangat berbeda dengan dosen atau tenaga pengajar lainnya. Beliau bukanlah tipikal dosen yang stick to the rules ataupun memberi banyak tugas yang menumpuk dan membuat mahasiswanya enek. Beliau sama sekali tidak memberikan mahasiswanya tugas, genap satu semester tak ada satupun tugas. 

Jika beberapa dari teman saya menyela, "Lantas, ultimatum menulis artikel setiap minggu apa namanya? Bukankah itu disebut tugas?" Tentu jawabannya adalah tidak. Saya garis bawahi, ultimatum menulis artikel setiap minggu bukanlah merupakan sebuah tugas. Melainkan suatu cara untuk menghidupkan habit atau kebiasaan baik. Cara beliau menerapkan habit seperti ini kepada mahasiswanya bagi saya adalah suatu trobosan baru yang sangat kreatif.

Alasan menulis sangat penting bagi setiap insan hidup adalah karena menulis dapat meningkatkan kredibilitas. Sehingga menurut saya setiap manusia harus mampu menulis, tak perlu pandai menulis, bisa menulis saja sudah sangatlah cukup guna membuat hidup lebih berkualitas dan bermakna. Menurut data Kemendikbud, angka melek huruf di Indonesia mecapai sembilan puluh delapan persen, namun apakah sembilan puluh delapan persen masyarakat Indonesia tersebut dapat menulis dan membaca secara optimal? Masih menjadi tanda tanya bukan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun