Mohon tunggu...
Coretan Maba
Coretan Maba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Maba 2020

No one can read this message.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sisi Lain: Agama Hindu di Indonesia

4 Maret 2021   09:31 Diperbarui: 2 April 2021   03:38 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum wr wb.

Salam sehat selalu untuk semua terutama bagi readers blog ini. Di tengah pandemi virus Corona, semoga kita selalu diberi kelimpahan kesehatan oleh Allah SWT, Sang Maha Kuasa. Topik yang kita usut kali ini adalah mengenai keberagaman agama di Indonesia, dan yang akan menjadi fokus penulis adalah agama Hindu. "Om Swastyastu" merupakan salam umat Hindu. Apasih artinya Om Swastyastu?

Berdasar penggalan kata, Om Swastyastu diambil dari beberapa kata dasar bahasa Sansekerta Om, Su, Asti, dan Astu. Om memiliki arti Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Brahman, Su bermakna baik. Asti memiliki makna berada, sedangkan Astu bermakna semoga. Om Swastyastu secara bahasa diartikan sebagai "semoga selamat". Sedangkan bagi umat Hindu Om Swastyastu artinya semoga selamat atas lindungan Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Umumnya umat Hindu mengucapkan salam ini ketika membuka acara ataupun bertemu orang lain baik dari sesama umatnya ataupun umat agama lain.

Agama Hindu juga termasuk agama tertua di negara kita, Indonesia. Agama Hindu telah ada di Indonesia sejak awal abad ke-4. Agama Hindu melahirkan kerajaan-kerajaan tertua dan besar yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bukti nyatanya adalah kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Tarumanegara di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah. Adapun bukti sejarah kejayaan Hindu lainnya adalah Candi Prambanan (Yogyakarta), Candi Dieng dan Candi Gedong Songo (Jawa Tengah), Candi Jago (Jawa Timur), dan masih banyak lainnya. Melihat bukti yang ada, dapat kita katakan bahwa agama Hindu merupakan agama nenek moyang di Indonesia.

Weda adalah kitab suci bagi umat Hindu, kata "weda" sendiri juga berasal dari bahasa Sansekerta dengan kata dasar Vid yang artinya tahu. Sehingga arti dari weda adalah pengetahuan. Keunikan kitab ini dengan agama Hindu adalah umat Hindu jarang bahkan hampir tidak pernah membawa kitabnya ketika beribadah, tidak seperti umat Islam ataupun Kristen yang erat dengan Al-Quran dan Bibble yang dibawa ketika beribadah. Hal ini karena Weda terdiri dari jutaan sloka yang hampir tidak memungkinkan untuk ditulis dalam satu buku sehingga Kitab Weda dibagi menjadi banyak pembagian. Kitab Weda memiliki filsafat spiritual yang tergolong unik, salah satu informasi yang penulis dapat, menurut Kitab Weda kehidupan manusia tidak sempurna karena memiliki segala keterbatasan dan sifat dasar manusia yang cenderung melakukan kesalahan.

Keunikan lainnya dari agama Hindu adalah mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah kematian, kekuatan karma, dan reinkarnasi. Agama ini memiliki unsur berbagai Dewa, Pura, dan meditasi. Dewa bagi kaum Hindu merupakan perwujudan lain dari Tuhan, seperti Dewa Indra, Dewa Shiwa, Dewa Waruna, Dewa Wisnu, Dewa Agni, Dewa Brahma, Dewa Soma, dan masih banyak Dewa-dewa lainnya. Dewa-dewa ini memiliki keistimewaan elemen dan super power masing-masing, contohnya komponen-komponen yang ada di alam misalnya angin, api, air, dan lain sebagainya. Dalam kepercayaan mereka, lawan dari Dewa adalah Asura. Menurut mitologinya Asura digambarkan sebagai raksasa dan yaksa (mahluk ghaib)  yang memiliki kemampuan seperti Dewa.

Tempat suci umat Hindu disebut Pura. Hal menarik mengenai pura adalah kekentalan akan budaya dan religiusnya yang sangat terasa. Pura adalah bangunan yang dikelilingi tembok dan dihubungkan oleh gapura-gapura yang memiliki beragam ukiran relief. Pura terdiri dari pelinggih yang dipercaya sebagai tempat singgah Hyang (Tuhan), meru atau atap yang bertingkat, dan bale sebagai pendoponya. Setiap rumah umat Hindu seminimal mungkin harus memiliki pamerajan yang terdiri dari pelinggih di pekarangan rumahnya sebagai tempat pemujaan.

Etika memasuki pura dan pamerajan adalah mengenakan pakaian yang sopan serta menggunakan selempang atau sarung dan merapikan rambut (mengikat rambut apabila berambut panjang). Harus dalam keadaan suci, bagi orang yang sedang mengalami luka berdarah atau wanita yang sedang datang bulan tidak diperkenankan untuk memasuki pura. Apabila ada anggota keluarga yang baru saja meninggal juga tidak diperbolehkan memasuki pura. Mengingat pura adalah tempat ibadah, ketika memasuki pura harus menjaga perilaku dan perkataan seperti pada tempat ibadah lainnya.

Istilah seperti Nyepi dan Galungan sudah tidak asing lagi di telinga kita bukan, namun apakah hanya itu hari besar umat Hindu? Tentu tidak, agama yang mayoritas berada di Pulau Dewata ini memiliki banyak hari raya, mengingat Pulau Bali juga memiliki banyak tradisi baik tradisi  keagamaan ataupun adat istiadat. Menurut kalender saka, ada 2 hari raya umat Hindu yaitu hari raya Nyepi dan hari raya Siwaratri. Sedangkan menurut kalender Bali, terdapat hari raya Galungan, Banyu Pinaruh, Kuningan, Saraswati, dan Pager Wesi.

Hari raya Nyepi dirayakan setiap tahun baru Saka. Hari tersebut dipercaya sebagai hari penyucian dewa-dewa sehingga umat Hindu melakukan pemujaan untuk merayakannya. Ciri khas hari raya Nyepi adalah tidak melalukan aktivitas apapun, semua kegiatan masyarakat diliburkan untuk melaksanakan tapa atau semedi bagi yang dianggap mampu. Suasana di Bali kala hari raya ini seperti kota mati, karena lingkungannya sepi, lampu- lampu dipadamkan, semua orang berada di rumahnya masing-masing. Meskipun bukan umat Hindu, jika kita berada di Bali pada hari raya ini kita wajib menghargai mereka dengan menetap di rumah masing-masing dan tidak keluar rumah. Pantangan-pantangan ketika hari raya Nyepi bagi kaum Hindu adalah tidak boleh menghidupkan api, tidak boleh bekerja, tidak boleh bepergian, dan dilarang menyalakan alat elektronik seperti lampu dana televisi.

Itulah sisi lain dari agama Hindu yang dapat penulis ulas, tentu hal-hal yang ditulis masih belum menggambarkan keselurahan fakta menarik tentang agama Hindu. Namun, moral yang dapat kita petik adalah kita tinggal di negara Indonesia, negara yang memiliki ribuan bahkan jutaan adat istiadat dan keragaman yang berbeda. Oleh karena itu, tugas kita sebagai warga negara yang baik adalah menghargai segala perbedaan yang ada dan menjadikannya kekuatan. Sekian dari penulis, semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun