Mohon tunggu...
Muhammad Fayyaz Rashyadi
Muhammad Fayyaz Rashyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia

Saya adalah seorang penggemar film yang memiliki jiwa tinggi untuk mendalami media tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menormalisasi Kegagalan ala Erwin, Mahasiswa Teknik Geodesi Undip

28 Maret 2023   22:39 Diperbarui: 28 Maret 2023   22:54 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kegalan tentu tidak menjadi sebuah kata yang asing bagi kita. Menurut KBBi sendiri, kegagalan memiliki arti tidak berhasil atau tidak tercapai, Semua orang pastinya pernah merasakan kegagalan. Bahkan, orang yang dianggap sukses seperti Bill Gates yang gagal untuk menyelesaikan kuliahnya ataupun Elon Musk yang gagal dalam menerbangkan roket pertamanya. Kegagalan menjadi hal yang umum terjadi di kehidupan kita. Bahkan, kegagalan bisa berupa hal-hal yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita seperti gagal bangun pagi, gagal masuk sekolah tepat waktu, gagal memasak dengan baik, dan lain-lain. 

Pada intinya, kegagalan adalah Akan tetapi, banyak orang menganggap kegagalan sebagai sebuah fase yang jahat dan terpuruk. Tidak jarang juga dari anggapan ini, orang-orang merasa bahwa diri mereka tidak lagi dapat mencapai tujuannya. Padahal, kegagalan pada realitanya bukan lah akhir dari segala hal, melainkan sebuah learning experience yang tidak perlu ditakuti. Namun, yang membedakan kegagalan adalah bagaimana cara orang tersebut menghadapinya. Ada yang membiarkannya saja, tetapi ada juga yang berani untuk bangkit darinya.

Salah satu bidang yang kerap dengan anggapan kegagalan adalah dunia pendidikan yang mulai dari sekolah sampai perguruan tinggi. Riset menunjukan bahwa banyak orang berada dalam tekanan tinggi terhadap dunia pendidikan dikarenakan ketakutan akan kegagalan. 

Menurut Didik Sudarsana (2019), pelajar yang berada di bawah tekanan pendidikan atau stress dapat menimbulkan ketidakoptimalan mereka sebagai seorang pelajar. Akibatnya, banyak pelajar cenderung memilih untuk menghindari kegagalan dengan berbagai hal seperti tidak aktif di kelas, tidak mengikuti kegiatan, takut mengambil keputusan dan lain-lain. Padahal, idealnya masa tersebut adalah masa-masa yang wajar bagi mereka untuk membuat kesalahan. 

Kesalahan dianggap juga sebagai sesuatu hal yang dapat memperkuat pembelajaran mereka dan seharusnya tidak menjadi ketakutan bagi seorang pelajar. Pengalaman mereka lah yang membentuk diri mereka yang lebih berkembang. Hal ini lah yang tetap harus ditanamkan dalam pola pikir setiap siswa dan siswi. Namun, banyak yang bingung bagaimana untuk mengembangkan growth mindset tersebut. Salah satunya tentunya dengan mempercayai bahwa kalian tidak sendiri. Banyak orang yang juga pernah merasakan kegagalan, tidak terkecuali, Erwin Fernando Junior Manurung. 

Meskipun kini tercatat sebagai mahasiswa teknik geodesi Universitas Diponegoro, Erwin banyak merasakan kegagalan dalam perjalanan menuju di titik ini. Ia pun bercerita tentang bagaimana ia menormalisasi kegagalannya dan terus mengejar keinginannya. Erwin sendiri tidak menyangka bahwa ia berada di titik sekarang. Ia mengaku bahwa kegagalan yang dialami dahulu telah mengantarkannya di titik ini sekarang. Semoga dari cerita ini, kita semua dapat lebih bermotivasi untuk bangkit dari tiap kegagalan yang ada dan menumbuhkan growth mindset pada tiap pembaca.

Babak 1: Mimpi Kecil

Siapa yang tidak punya mimpi? Setiap orang pastinya memiliki mimpi yang ingin digapai. Mimpi kerap berhubungan dengan angan-angan atau keinginan seseorang yang dapat memotivasi dirinya untuk mencapai hal tersebut. Sama seperti kalian, Erwin juga memili mimpi sendirinya. Sejak kelas tiga SMP ia telah memikirkan keinginannya untuk beberapa tahun berikutnya. Ia bercita-cita agar dapat berkuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.

Hal ini pun juga didukung oleh orangtua Erwin. Dengan mimpi tersebut, Erwin telah menitikkan target untuk masuk ke SMA favorit dan memilih jurusan IPA agar dapat linier dengan tujuannya. Namun, setelah melihat nilai ujian nasional 2019, ia berada dalam keraguan. Erwin menilai bahwa nilainya cukup tinggi, tetapi ia ragu bahwa nilai tersebut dapat menghantarkan dirinya ke sekolah keinginannya dengan jurusan IPA yang notabene biasanya standar nilai untuk masuk lebih tinggi.

Keraguan Erwin pun mulai mereda setelah mengetahui sistem dari PPDB di DKI Jakarta. Dirinya melihat peluang bahwa adanya banyak jalur untuk masuk SMA negeri sehingga membuat dirinya tidak takut untuk mencoba jalur lain jika nantinya tidak lulus.

Usut punya usut, Erwin pun mencoba daftar di salah satu SMA favorit di Jakarta Utara yaitu SMAN 13 Jakarta. Setelah lama menanti dan menunggu, ia mendapatkan hasil bahwa dirinya berhasil menjadi siswa SMAN 13 Jakarta. Ia menceritakan bahwa dirinya sangat senang dan menganggapnya sebagai sebuah achievement karena sedikit dari SMP Erwin lulus di sekolah yang umum dikenal dengan nama Galas tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun