Mohon tunggu...
Faysal
Faysal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya mahasiswa di Universitas Mulawarman Fakultas FISIPOL dari prodi S1 Administrasi Bisnis tahun 2022

Saya mempunyai hobi yaitu olahraga salah satunya yaitu futsal karena futsal adalah hoby yang menurut saya olahraga yang sangat banyak manfaatnya dalam hal fisik, pikiran, mental, dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Edukasi Interaktif Budaya Berbasis Augmented Reality untuk Meningkatkan Minat Baca Anak

23 September 2022   08:40 Diperbarui: 23 September 2022   08:59 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar di atas adalah Alur Kerja Buku Berbasis Augmented Reality/Dok. pribadi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada saat ini tumbuh begitu pesat dengan ditandai kemajuan di bidang media informasi dan teknologi. Globalisasi merupakan implikasi logis dari kemajuan IPTEK. Perkembangan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu masih diakibatkan dari adanya era globalisasi. Penguasaan teknologi menjadi prestise dan indikator kemajuan suatu negara. 

Negara dikatakan maju apabila negara memiliki tingkat penguasaan teknologi tinggi (high technology), sedangkan negara-negara yang tidak bisa beradaptasi disebut sebagai negara gagal (failed technology).
Penguasaan teknologi menjadi salah satu syarat penting untuk dapat dikatakan sebagai negara kuasa. 

Kemajuan dan perkembangan teknologi adalah salah satu dampak dari adanya globalisasi di era ini.  Dampak globalisasi yang sangat terasa ialah kemajuan dalam media informasi dan teknologi yang sudah dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Seluruh lapisan masyarakat telah mengetahui dan fasih dalam mengoperasikan berbagai smartphone, komputer maupun kecanggihan teknologi lainnya. Globalisasi ini menjadikan negara berfokus pada penggunaan teknologi dan sedikit memikirkan akan budaya negara karena hal tersebut dinilai konservatif dan kuno yang bersifat rigid.

Seiring berkembangnya zaman, berkembangnya IPTEK, justru menjadikan masyarakat lupa akan perkembangan lingkungan sekitar. Kebudayaan asli Indonesia seperti tari tradisional, wayang, ludruk, lagu daerah hingga permainan dakon berangsur-angsur hilang dari kebiasaan  masyarakat. Rasa toleransi, tenggang rasa serta kerjasama dirasa mulai memudar, padahal hal tersebut merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang terkenal akan budaya serta ramah tamahnya.
Globalisasi mengakibatkan pada tergerusnya kebudayaan asli Indonesia, menjadikan masyarakat khususnya anak-anak kehilangan jati diri jiwa nasionalisnya. Lunturnya nilai-nilai konservatif yang dianggap sebagai nilai kuno justru membawa dampak buruk bagi negara. Identitas suku bangsa serta budaya berangsur memudar apabila tidak ada yang berusaha untuk menjaganya.

Menjaga eksistensi di tengah globalisasi merupakan salah satu hal yang tak mudah. Eksistensi kebudayaan menjadi hal yang sulit berkembang di era ini karena dirasa kebudayaan adalah salah satu hal yang rigid, berbeda halnya dengan teknologi. Bagi Indonesia, merasuknya nilai-nilai barat yang menumpang arus globalisasi ke kalangan masyarakat Indonesia, merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerah di Indonesia. Masyarakat harus memiliki filter yang kuat dalam menyaring kebudayaan baru yang masuk dalam kebudayaan khas. Unsur budaya dan pancasila hendaknya tetap di internalisasi dalam masyarakat Indonesia. Salah satu kebudayaan yang sudah mulai luntur adalah lagu daerah. Lagu daerah di Indonesia saat ini jarang dikenal oleh masyarakat, terlebih pada anak-anak. Lagu daerah merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Akan tetapi, eksistensi lagu daerah kini juga mulai tersingkirkan oleh lagu anak-anak bernuansa barat serta lagu dewasa.

Lagu daerah adalah salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun dari leluhur. Salah satu lagu daerah yang ada antara lain cublak-cublak suweng, suwe ora jamu, manuk dhadhali, ilir-ilir kini mulai ditinggalkan oleh anak-anak. Eksistensi lagu dolanan dan lagu daerah kini sudah mulai memudar akibat banyaknya kebudayaan baru yang mulai menggeser kebudayaan lama. Kekuatan globalisasi mampu menggilas budaya-budaya lokal. Saidi (1998) menegaskan bahwa prose situ sudah berlangsung sejak dimulainya era liberalisasi Indonesia pada zaman orde baru. Sejak masa itu, budaya-budaya asing masuk Indonesia sejalan dengan masuknya pengaruh-pengaruh lainnya.

Pendapat Wilhelm (2003) berpendapat bahwa perusakan budaya dimulai sejak masa teknologi informasi seperti satelit dan internet berkembang.
Filterisasi untuk globalisasi saja tidaklah cukup sebagai salah satu usaha preventif dalam lunturnya budaya daerah. Akan tetapi, perlu pula adanya usaha represif untuk masyarakat yang telah terkontaminasi oleh budaya luar. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan untuk menyaring kebudayaan ialah strategi yang mencakup usaha persuasif, preventif serta represif. Karena ketiga hal tersebut ialah salah satu strategi untuk memperkuat pilar pondasi guna meningkatkan nilai budaya serta pancasila dalam menjunjung jati diri nasionalisme bangsa khususnya pemuda melalui edukasi budaya lagu daerah berbasis teknologi yang dapat menarik minat para pemuda dan anak-anak di lingkungan kita.

Strategi untuk meningkatkan eksistensi budaya merupakan hal yang sangatlah penting guna memperkuat nilai budaya serta memperkuat jiwa nasionalisme bangsa akan warisan kebudayaan bangsa. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah strategi yang mencakup usaha persuasif, preventif dan represif. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah pendekatan yang edukatif dan menyenangkan (fun learning) untuk menarik perhatian para pembaca, khususnya anak-anak. Strategi khusus yang dilakukan adalah buku berbasis teknologi yang dilengkapi dengan audio visual. 

Pendekatan teknologi merupakan pendekatan yang saat ini sedang diganderungi oleh para remaja, anak-anak maupun dewasa. Oleh karenanya buku edukasi budaya dengan pendekatan teknologi berbasis Augmented Reality (AR) diharapkan dapat mengubah wajah edukasi budaya yang membosankan menjadi edukasi budaya yang menyenangkan untuk dipelajari.

Pentingnya pengenalan kembali budaya adalah salah satu hal yang penting dan diharapkan dapat membawa kembali eksistensi budaya oleh masyarakat. Edukasi budaya adalah salah satu usaha untuk memperkenalkan kepada pemuda akan kekayaan warisan budaya. Pembawaan edukasi yang menarik dan menyenangkan adalah salah satu prioritas utama untuk menumbuhkan kembali tingkat minat baca pada anak-anak. 

Data statistik UNESCO 2012 dalam Republika (2015) menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 artinya dari 1.000 penduduk, hanya satu warga yang tertarik untuk membaca. Menurut Indeks Pembangunan Pendidikan UNESCO ini, Indonesia berada di nomor 69 dari 127 negara. Edukasi berbasis teknologi Augmented Reality (AR) edukasi yang menggunakan teknologi untuk mengkombinasikan antara buku konvensional dengan buku elektronik yang fleksibel dalam genggaman.
Augmented Reality menurut Azuma (2013) adalah tenologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam lingkungan nyata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun