Technology as God : Perkelahian Tuhan dan Manusia (Part 18)
"Technology as God" memahami ada proses perkelahian antara Tuhan dan Manusia, terkait eksistensinya di dunia ini. Tuhan yang diangkap suci dan susah terjangkau oleh manusia, kemudian telah ditelaah oleh manusia dan sekarang mulai di gugat dengan pikiran-pikiran kritis.
Hingga banyak para filsuf dan kalangan akademisi yang pro sains, menilai Tuhan ada karena manusia ada, jika manusia tidak ada maka Tuhan pun tidak ada, karena Tuhan membutuhkan eksestensi atau pengakuan dari manusia.
Saat ini gugatan manusia kepada Tuhan terus bergulir, meskipun terkadang yang dianggap sebagai perwakilan Tuhan di dunia, sering tidak menunjukkan prilaku yang baik, sehingga semakin banyak manusia yang mempertanyakan keberadaan Tuhan.
"Technology as God" juga merupakan aliran yang mengatakan Tuhan itu dinamis, yang bisa saja saat ini berubah-ubah sesuai dengan kehendaknya. Kelahirannya juga bagian daripada gugatan kepada Tuhan, dan yang mulai jenuh dengan kondisi agama yang tak ber-Tuhan.
Pemahaman "Technology as God" perkelahian ini akan terus berlanjut, ketika orang-orang atau lembaga-lembaga keagamaan yang mewakili Tuhan di dunia tidak menunjukkan interprestasi dari Tuhan itu sendiri.
Secara fisikal Tuhan tidak mungkin melakukan perlawanan kepada Manusia, tetapi agamawan sebagai perwakilan Tuhan, seharusnya melakukan perlawanan terhadap gugatan tersebut dengan memperlihatkan prilaku dan cara hidup bermasyarakatnya.
Jika kita analogikan percakapan perkelahiannya kira-kita seperti inilah:
Manusia: Dimana Tuhan? Mengapa kami sebagai orang yang percaya tidak bisa dapat makan, mengapa kami kelaparan? Dimana Tuhan? Apakah ada Tuhan?
Tuhan: (Tersenyum dan Diam)
Agamawan: Hei, manusia mengapa engkau berteriak-teriak dengan pikiran sesat mu? Bukankah kau punya tangan dan kaki untuk cari makan?