Mari kita mulai kepada cerita utama yang ingin aku sampaikan.
Kata siapa mahasiswa harus (selalu) melawan?
Akhir-akhir ini, aku menemukan berbagai macam orang-orang baru di lingkungan kampus. Aku menemukan beberapa kakak tingkat yang sepertinya akan menjadi panutanku dalam beberapa waktu kedepan.Â
Aku belum dapat memastikan bagaimana karakter mereka yang sesungguhnya, oleh karena itu aku belum berani menjadikan mereka sebagai panutanku.Â
Namun, sejauh ini mereka sangat ramah dan berprilaku baik kepadaku. Ya mungkin karena aku merupakan mahasiswa baru.Â
Beberapa kali diskusi daring digelar oleh mereka untuk memberikan beberapa materi terkait organisasi dan pengembangan diri bagi kami sebagai mahasiswa baru. Selain itu, penyelenggaraan diskusi daring juga berfungsi untuk meningkatkan keakraban hubungan kami sebagai adik dan kakak tingkat.
Dalam beberapa diskusi yang telah digelar, aku berusaha untuk memanfaatkan pertemuan itu sebaik-baiknya. Aku beberapa kali melontarkan pertanyaan, merespon pertanyaan, dan berdebat kecil.Â
Semua itu aku lakukan demi menghidupkan diskusi atau untuk sebagian orang, itu dapat dikatan sebagai cara untuk mencari (baca:mencuri) perhatian. Bodo amat.
Namun, ada beberapa lontaran pendapat yang muncul di dalam beberapa diskusi yang membuat aku resah. Salah satunya adalah kumpulan argumentasi-argumentasi kosong yang terlontar dari mulut para mahasiswa baru. Apa itu argumentasi-argumentasi kosong? Aku mendefinisikannya sebagai "pendapat yang tidak disertai fakta dan tanggung jawab".
Dalam beberapa penyelenggaraan diskusi serta penyelenggaran pembelajaran di dalam kelas, aku kerap mendengar argumentasi-argumentasi kosong. Mereka yang melontarkan itu semua, selalu merasa benar dengan apa yang mereka katakan.Â
Aku juga merasa jengah dengan respon kakak tingkat juga dosen kepada orang-orang seperti mereka. Kakak tingkat dan dosen selalu merespon perkataan mereka dengan mencari celah pembenaran dari apa yang telah mereka lontarkan.Â
Anjing susah sekali menulis pada saat ini, aku lanjutkan kapan-kapan deh.
Jelek amat tulisan ini.
Dadah