Mohon tunggu...
Sri Wahyuni Saraswati
Sri Wahyuni Saraswati Mohon Tunggu... Dosen - Freelance Writer

Menulis itu Mengobati. Membaca itu menghidupkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Pemimpi

25 Desember 2018   22:36 Diperbarui: 27 Desember 2018   13:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Intan gelisah. Ia tidak bisa menahan gejolak hatinya, tepatnya gejolak rindu yang dua hari ini mencabik-cabiknya. Sakit dan pedih. Ia memutar kembali kejadian beberapa hari lalu dengan harapan ia bisa menemukan penyebab sang penjaga bunga itu marah kepadanya. Ia memutar ulang memori otaknya.

Intan menutup matanya sejenak sambil mengingat-ingat kapan terakhir bertemu dengan laki-laki itu. Laksana seorang peneliti yang sedang melakukan penelitian. Intan mengumpulkan data sebanyak mungkin kemudian disusun menjadi sebuah hipotesis.

Dari sekian banyak hipotesis di otaknya ada sebuah hipotesis yang sangat ia yakini kebenarannya. Ia tiba-tiba teringat peristiwa beberapa hari lalu, ketika penjaga itu mengetahui bahwa Intan masih menyimpan hal-hal yang berkaitan dengan laki-laki masa lalunya. Termasuk foto dan beberapa barang dengan warna kesukaan kekasihnya dulu.

"Mungkin kejadian itu yang membuat penjaga bunga itu marah." hati Intan berkata demikian.  

Tangan mungil Intan kembali membuka buku kesayangannya yang tadi sempat ditutupnya. Ya, buku tulis bersampulkan warna ungu dengan hiasan bunga-bunga itu ia sebut sebagai diary.

Baginya buku itu adalah sahabat sejatinya yang setiap saat siap menerima semua curahan hatinya tanpa pernah mengeluh. Apa pun bentuknya. Meskipun ia tahu buku diary itu tidak akan pernah memberikan solusi terhadap setiap masalah yang ia ceritakan. Tapi setidaknya ia bisa mengurangi beban pikirannya.

Dear Penjaga Bunga

Jika sikap telah membuat luka lalu dengan apa aku harus menebusnya?Maafkan aku. 

Intan menutup bukunya lalu mengembalikannya ke tempat semula. Ia memaksa matanya untuk terpejam karena waktu sudah jam 02.35. Namun tetap tidak bisa. Ia membolak-balikan tubuhnya ke kanan kemudian ke kiri. Sesekali ia tidur terlentang sambil memandangi langit-langit kamar. Langit-langit kamar itu seakan-akan menjelma menjadi wajah yang ia rindukan.

Wajah laki-laki penjaga bunga yang menari-nari di pikirannya. Tiba-tiba ia bangun dan mengambil sebuah sorban yang ada di dalam laci almarinya. Sorban itu adalah pemberian laki-laki penjaga bunga beberapa hari lalu. Sorban itu diberikan oleh penjaga bunga setelah Intan merengek seperti anak kecil.

Sorban itu memiliki aroma yang khas. Aroma rokok Gudang Garam Surya yang berpadu dengan pewangi baju. Ia memeluk sorban itu sesekali menciumnya dengan penuh perasaan. Imajinasinya tumbuh, memeluk sorban namun seolah memeluk pemiliknya. Terasa nyaman dan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun