Kamu harus memilih permainan yang akan kamu mainkan. Apakah kamu ingin menjadi orang yang jago di kelompok yang biasa saja, atau menjadi orang yang biasa saja di kelompok yang jago?
Halo semuanya, kali ini saya akan membahas dilema menjadi ikan besar di kolam kecil atau menjadi ikan kecil di kolam yang besar.
Mana yang lebih baik, jadi ikan besar di kolam yang kecil atau menjadi ikan kecil di kolam yang besar?
Mungkin bagi orang yang kompetitif, mereka lebih suka menjadi ikan kecil di kolam yang besar. Mereka dikelilingi oleh banyak orang yang jauh lebih baik dari mereka, dan beberapa tahun kemudian ikan kecil tersebut mungkin saja menjadi besar. Tapi di sisi lain ada juga orang yang lebih suka menjadi ikan besar di kolam yang kecil. Bayangkan kamu bekerja bertahun tahun di perusahaan besar dan jabatanmu tetap saja jadi manajer. Lalu kamu pindah ke start up atau perusahaan yang lebih kecil, jabatan mu naik jadi direktur. Bagi orang tersebut, ada kepuasan tersendiri menjadi salah satu orang terpenting dalam perusahaan, menjadi bagian dari pengambil keputusan dan dekat dengan puncak pimpinan.
Ini adalah dinamika yang mungkin saja dialami oleh banyak orang. Memilih jadi ikan besar di kolam yang kecil atau menjadi ikan kecil di kolam yang besar.
Pertanyaan ikan besar di kolam kecil atau ikan kecil di kolam besar menjadi sangat menarik karena menunjukkan siapa diri kita, seberapa ambisius kita, bagaimana kita mengukur nilai diri dan juga apa yang kita harapkan pada diri kita di masa depan. Konsep ini sangat dikenal di kalangan pendidikan. Sesuai dengan teorinya, siswa di sekolah yang berprestasi lebih tinggi akan membandingkan diri mereka dengan teman-temannya dan menganggap diri mereka kurang mampu.
Sementara siswa yang berprestasi sama di lingkungan yang berprestasi lebih rendah, akan jauh lebih percaya diri.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert W. Marsh dan John W. Parker pada tahun 1984. Contohnya begini, mungkin saja kamu selama ini menjadi juara satu di sekolah, tapi ketika kamu masuk perguruan tinggi yang bergengsi, mungkin saja kamu jadi mahasiswa biasa saja karena persaingannya berbeda. Kamu masuk dalam kolam yang lebih besar, di mana banyak orang yang lebih cerdas dari kamu. Ini bukan artinya kamu tiba-tiba saja menjadi kurang pintar. Tidak, hal ini terjadi karena lawan yang berbeda.
Bagi orang yang punya kegigihan dan kerja keras yang tinggi, hal ini mungkin tidak jadi masalah. Situasi ini justru bisa menjadi momen bagi mereka untuk bekerja keras, meningkatkan performa diri, yang pada akhirnya bisa menjadi salah satu ikan besar di kolam yang lebih besar.
Namun bagi orang yang berbeda, mungkin situasi ini bisa membuat mereka minder. Maklum saja, bayangkan selama hidup kamu selalu menjadi anak terpintar di sekolah. Tapi ketika kuliah kamu menerima kenyataan kalau kamu adalah siswa yang biasa saja. Kenyataan ini bisa mengoyak kepercayaan diri seseorang. Jika kamu berada di situasi tersebut, kamu punya pilihan yang lain.