Ada tiga pilar yang perlu menjadi fondasi kementerian baru.
Pertama, profesionalisasi SDM. Petugas haji tidak boleh lagi diposisikan sebagai hadiah atau balas jasa. Rekrutmen harus berbasis merit, kompetensi, dan komitmen melayani.
Kedua, integrasi teknologi. Sistem Siskohat harus terkoneksi langsung dengan Nusuk dan platform Saudi. Data real-time harus menjadi basis pengambilan keputusan, mulai dari kuota, kesehatan, hingga mitigasi darurat.
Ketiga, orientasi jamaah. Setiap kebijakan, baik reguler maupun khusus, harus berpihak pada kenyamanan dan keselamatan jamaah. Inovasi seperti murur dan tanazul perlu diperluas agar pelayanan semakin personal dan adaptif.
Haji Khusus dan Umrah
Layanan haji khusus dan umrah bisa menjadi model pelayanan prima. Haji khusus sejak lama menerapkan sistem terukur, izin resmi, serta pelayanan yang lebih personal. Ke depan, kementerian harus memperkuat legalitas, memperluas akses, dan mengedukasi masyarakat tentang nilai tambah haji khusus.
Sementara itu, regulasi umrah juga harus lebih tertib. Travel penyelenggara wajib diawasi agar jamaah terlindungi. Umrah yang sehat akan mendukung layanan haji, karena banyak jamaah memulai pengalaman spiritualnya dari perjalanan umrah. Integrasi kedua layanan ini sejalan dengan tren global Saudi yang menjadikan pariwisata religi sebagai tulang punggung ekonominya.
Edukasi dan Narasi Positif
Kementerian baru juga harus gencar melakukan edukasi publik. Jamaah perlu diajak memahami bahwa berhaji di usia muda lebih sehat, lebih mudah, dan lebih produktif. Orang tua dapat menjadikan porsi haji sebagai hadiah terbaik bagi anak-anaknya. Kampanye mudahaji perlu digelorakan agar generasi muda lebih awal terlibat dalam ibadah akbar ini.
Selain itu, penting untuk terus membangun narasi positif. Keberhasilan penyelenggaraan haji harus ditonjolkan lebih sering daripada kekurangannya. Kritik tetap dibutuhkan, tetapi harus seimbang agar tidak mengaburkan capaian besar. Pemerintah bersama masyarakat harus aktif menyebarkan kabar baik agar kepercayaan publik semakin terjaga.
Walhasil, lahirnya Kementerian Haji dan Umrah adalah momentum emas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Dengan kepemimpinan yang kuat, profesionalisme petugas, integrasi teknologi, dan orientasi jamaah, Indonesia dapat menyongsong revolusi Saudi dengan percaya diri.