Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Persilatan dan Agenda Besar Menjaga Generasi Muda Bangsa

30 Juli 2018   23:37 Diperbarui: 30 Juli 2018   23:53 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini kasus degradasi mental yang terjadi pada anak usia dini santer terdengar. Melalui media cetak dan online banyak di tulis mengenai permasalahan yang sedang menempa para generasi bangsa hari ini. Tuntutan zaman seakan membawa generasi muda menjadi objek dalam lingkaran perkembangan teknologi. 

Milenialisasi kehidupan memberikan banyak dampak kepada semua elemen yang yang ada dalam masyarakat. Termasuk anak-anak usia dini tidak luput menjadi korban atas keganasan kemajuan teknologi. 

Belum terhapus dalam ingatan kasus kecanduan gawai yang terjadi kepada anak di bondowoso (Baca : liputan6.com ). Mirisnya tak jarang bahasa yang tersebar dikalangan masyarakat bondowoso hingga dikatakan "menjadi gila" gara-gara ber main HP.

Bahasa ini memang saya fahami sebagai bahasa proteksi untuk di berikan kepada anak-anak yang lain untuk lebih berhati-hati dalam memanfaatkan gawai. Agar kasus serupa tidak merebak menjadi penyakit yang menular secara sistemik menggrogoti mental muda-mudi sebagai generasi penerus bangsa.

Gaya hidup ketergantugan anak kepada teknologi hari ini nampaknya memang menjadi ancaman yang perlu mendapatkan perhatian. Pola hidup anti-sosial pada anak sudah banyak terjadi, dengan gawai yang menjadi teman setianya menjadikan anak malas untuk keluar bermain dengan teman-temannya. 

Merasa lebih nyaman menyendiri dengan aplikasi yang tersedia dingawainya untuk bisa terus dimainkan. Hal ini barangkali menjadi bukti lanjutan dari peringkat Indonesia sebagai Negara nomer 6 sebagai pengguna internet terbesar di dunia (baca : kominfo.go.id ). Sehingga tidak jarang kegiatan yang paling bisa di temukan di masyarakat adalah kebiasaan memaikan smartphone, mulai dari orang dewasa hingga anak usaia dini. 

Pemahaman bahwa manusia sebagai makhluk sosial harus sudah ditanamkan se dini mungkin kepada anak-anak. Agar mampu bersosialisasi dengan baik kepada lingkungan sekitar. Agar anak-anak mampu paham terhadap porsi kapan dia harus belajar, kapan dia harus bermain (bersosial) dan tentunya kapan dia harus bergawai.

Faktor pengawasan orang tua menjadi hal yang paling utama harus dilakukan kepada anak sebagai benteng penjagaan dari degradasi moral yang bisa terjadi kapada anak. Selain itu lingkungan sekitar juga menjadi faktor yang tak kalah sentral dalam mempengaruhi gaya hidup yang di bangun oleh anak. 

Sehingga lembaga pendidikan formal dan nonformal diharapkan juga mampu menjadi gawang terakhir menghentikan pengaruh negatif dari konsekwensi perkembangan teknologi. Sekelumit cerita tentang besarnya pengaruh perkembangan teknologi dan dampak terhadap pertumbuhan anak hingga langkah represif untuk menanggulanginya menjadi pendahuluan atas apa yang akan saya ingin sampaikan setelah ini.

Langsung saja, ingin saya angkat mengenai sedikit hal yang menurut kacamata saya unik untuk disampaikan. Tentang fenomena persialatan yang baru-baru ini kembali merabak di daerah Wringin-Bondowoso. 

Persilatan yang di maksud bukan tentang kegiatan jurus jungkir balik kasus korupsi yang hari ini marak terjadi, pun bukan tentang hebatnya lidah para calon-calon penguasa yang bersilat-silat mengumbar janji kampanye dalam kontestasi politik yang secara berjamaah akan segera di laksanakan. Persilatan yang di maksud adalah persilatan yang benar-benar dunia bela diri yang hari ini kembali menggema di Wringin. Hal menarik yang  terlihat dan ingin disampaikan adalah tentang dimanika dan hakikat kebermanfaatannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun