Saat fajar mulai menggulung angkasa, aku berdiri di hamparan luas. Entah dimana, aku merasa asing. Aku melihatmu, dengan kaos hitam yang biasa kamu kenakan. Sungguh sangat menawan. Aku berteriak pelan memanggil namamu. Kamu menoleh, menampakkan deretan gigi putih yang membuatku seketika membalas senyum manismu. Perlahan kamu menghampiri.
"Kamu disini?" Tanyamu.
Aku hanya tersenyum manis mendengarmu, menerjangmu dengan pelukan, seerat mungkin. Kuharap selama hampir dua musim berganti kita tidak lagi pernah bersua, aku tidak akan kehilanganmu, lagi.
"Aku rindu" Balasku.
Kamu terdiam dan membiarkanku merangkul tubuhmu yang lebih tinggi.
"Yang kuat yah, kita akan bertemu lagi" Balasmu singkat.
Aku menangis, membiarkan air mata ini mengalir membasahi pundakmu. Aneh, pikirku. Entah tentang apa air mata ini terjatuh.
"Nak, nak... Bangun shalat subuh"
Samar-samar aku mendengar suara bapak, dari mana datangnya?
"Bangun sayang" Ujarnya sekali lagi.
Kubuka perlahan kelopak mata ini, meraih ponsel di ujung meja yang sudah hampir terjatuh. Pukul 05.00 a.m, mataku menyipit. Aku tersenyum dan menyeka tetesan air di pelupuk mata, kubangunkan tubuh ini. Aku bermimpi? Memimpikanmu.