Mohon tunggu...
FAUZI ABDULLAH
FAUZI ABDULLAH Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa Antropologi FISIP USU dan Mahasiswa Ilmu Hukum jurusan Hukum Acara UMSU, Medan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masih ..

27 Mei 2012   22:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini
Entah hari ke berapa aku melawati malam tanpa benar betapa nikmatnya terbangun dan menghirup udara pagi

Mau atau tak mau melewati embunnya malam yang katanya tak sehat itu

Berulang kali aku selalu menyaksikan dalam separuh bayang-bayang menuju lelapku
Sampai tadi aku menyaksikan..

Menuju perempatan lampu merah yang akan aku lewati
Di depan ibu sedang berlari kencang mengejar angkutan umum, dari dandanannya yang membawa keranjang, ingin berbelanja.
Ada pagi yang harus dipersiapkannya

Jauh sedikit dari perempatan,
Ibu-ibu asyik mengayuh sepedanya dengan wajah ceria, di sebelah depan stang sepedanya ada kantung plastik yang menggantung, seperti belanjaan
Ada pagi yang harus dipersiapkannya

Aku sempat terkejut dengan warna putih yang tiba-tiba muncul dari lorong jalan kecil
Sosok pria kecil yang berseragam
Berpakaian rapi putih biru
Ada pagi yang harus dipersiapkannya
Ada cita-cita yang jelas tergambar di kepalanya

Dekat gang menuju rumah
Ibu dan anak perempuan kecilnya berlari kecil menyeberang jalan
Aku sengaja melambatkan laju kereta (sepeda motor) yang aku kendarai
Dengan maksud ingin meperhatikan wajah ceria mereka berjalan berdampingan
Si ibu menuntun anaknya menyambut pagi
Perempuan kecil dengan riangnya menggenggam tangan sang ibu seakan berkata "terimakasih bu, ada pagi yang harus aku persiapkan"

Saat ini aku tlah berbaring di atas ranjang ini
Apakah kau juga tak mampu melirihkan kepadaku "ada pagi yang harus aku persiapkan?"
Apakah kau masih diam dan tak peduli dengan arti pentingnya pagi

Ibu yang berlari membawa keranjang belanjaan, seorang ibu yang mengayuh sepeda sampai anak sekolah yang dengan riangnya menyambut pagi
Ada harapan pagi yang harus mereka persiapkan, ada cita yang tergambar jelas menyambut mereka
Ternyata aku di sini masih tak begitu menatap pagi
Selalu dihantui bayang-bayang kabus yang memaksa melewati malam tanpa arti
Memaknai pagi tanpa riang sama sekali
Masih
Aku masih memikirkanmu..
Biru

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun