Mohon tunggu...
Fauzi Rohmah
Fauzi Rohmah Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis

Guru di SMP Negeri 1 Kusan Hilir, Tanah Bumbu, Kalsel - Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutemukan Cinta di Ujung Senjamu

3 Juli 2016   14:12 Diperbarui: 3 Juli 2016   14:20 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku lulus wawancara, Mak. Dua minggu lagi aku mulai masuk masa training. Training nanti selama tiga bulan, kalau kerjaku bagus aku diangkat menjadi guru kontrak. Gajiku nanti besar belum lagi jika ditambah tunjangannya. Mamak lihat, kan? Nita bisa dibanggakan. Tidak kalah dengan Mbak Ria,” kata Nita ke Mamaknya.

“Ia, Nita. Mamak bangga padamu, huk huk...,” sambil terbatuk-batuk Mak Eli menimpali ucapan anaknya. Saat ini, kesehatan Mak Eli sedang tak baik. Mak Eli hanya dapat terbaring lemas di atas tempat tidur. Ia tersenyum bahagia ke Nita sambil membelai rambutnya yang mulai panjang.

Nita pun memeluk Mamaknya erat. Dekapan Nita hangat dirasakan Mak Eli. Kebahagiaannya pun bertambah, karna ini kali pertama Nita memeluknya. Saat-saat seperti inilah yang paling Mak Eli rindukan. “Alhamdulillah, ya Allah,” Mak Eli mengucap syukur.

***

Kesempatan Nita untuk mengikuti training pun pupus. Ia harus mengundurkan diri karena kesehatan Mak Eli semakin lemah dan harus dirawat di rumah sakit. Kesedihan yang membuncah. Ia harus merelakan kesempatan itu pergi, demi merawat Mamaknya. Pilihan yang berat untuk Nita saat harus memutuskan memilih tetap mengikuti training atau memilih menjaga wanita yang melahirkannya terbaring lemah di rumah sakit. Kesehatan Mamak yang kian menurun membuat Nita memutuskan untuk menjaganya. Ia tak ingin jauh sedikit pun dari ranjang tempat Mamak berbaring.

Dinding putih, lorong gelap, dan bau khas rumah sakit sedikit menyadarkan Nita tentang sikapnya yang kasar kepada Mamak selama ini dan tentang kecemburuannya terhadap kakak pertamanya. Nita tak ingin terlambat, sebelum semuanya menyisakan sesal yang dalam. Ia berjanji akan merawat Mamak sepenuh hati sampai kesehatannya kembali pulih.

Hari-harinya pun ia habiskan di rumah sakit. Ia selalu ada di samping Mak Eli, tak beranjak sedikit pun. Ia ingin selalu ada untuk Mamak, sebagaimana Mamak selalu ada untuk Nita. “Nita minta maaf, Mak. Nita banyak salah. Maafin Nita,” ucap Nita lirih di telinga Mamaknya yang sedang dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Ketakutan yang terbesar adalah kehilangan Mamak. Rumah sakit dan malaikat maut itu sangat dekat dan Nita takut tak ada kesempatan lagi untuk membahagiakan Mamak. Di saat Mamak tidak sadarkan diri, Nita berjanji dengan disaksikan Mbak Mai dan bapak. Kalau Mamak sembuh nanti, Nita akan selalu menjaganya, akan selalu mematuhi ucapannya, dan tidak akan menyakitinya lagi. Nita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan nanti.

***

Dua minggu berlalu Nita habiskan di rumah sakit, hingga Tuhan mendengar doa dan janjinya. Kesehatan Mamak pun berangsur pulih, meski tidak seratus persen. Sekarang, Nita berusaha selalu ada untuk Mamak. Setelah kondisi Mamak makin membaik, Nita pun kembali memasukkan lamaran ke beberapa sekolah sampai akhirnya mendapat pekerjaan. Ia diterima di salah satu sekolah menengah kejuruan. Sepulang mengajar, ia berikan waktunya untuk Mamak yang tidak lagi dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Semua keperluannya, Nita berusaha menyiapkan. Ia lakukan semua itu untuk menebus kesalahannya selama 24 tahun. Ia sangat bersyukur, Tuhan masih memberikan kesempatan untuknya berbakti kepada Mamak.

Cobaan itu, mendekatkan Nita dengan Mamak. Kedekatan yang tidak pernah ia rasakan sedari kecil. Nita tak henti-hentinya bersyukur masih diberi kesempatan untuk merasakan kasih seorang ibu yang tiada bandingnya. Kini, hari-hari Nita pun lebih berwarna dipenuhi oleh cahaya kebahagiaan yang ia dapatkan dari keluarga. Ia temukan cahya ketulusan di sorot mata senjanya yang teduh dan penuh kasih.

***

Catatan:

Mamak/Mak = Ibu

Mbak = kakak perempuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun