Mohon tunggu...
Fauzan Ramadhan (Fram Han)
Fauzan Ramadhan (Fram Han) Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku, Content Writer, dan Blogger

I am a book author, content writer, and storyteller. I help you expand your knowledge about Socio-Culture, Life and Personal Development.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Keterlibatan Bandit, Pelacur, dan Seniman dalam Revolusi Fisik di Jawa Timur Tahun 1945-1950

9 November 2020   19:38 Diperbarui: 9 November 2020   20:02 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh karena itu pada penelitiannya ini, Ari Sapto berusaha menelusuri lebih jauh mengenai keterlibatan bandit, pelacur, dan seniman dalam perjuangan kemerdekaan di Jawa Timur dalam kurun waktu 1945 hingga 1950. Bagaimana kontribusi mereka dalam konflik Indonesia-Belanda saat itu, dan bagaimana dampaknya terhadap perjuangan kala itu.

Struktur dan Metodologi Penulisan
Sebagai seorang Dosen Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Malang, Ari Sapto mampu membuat tulisan cukup baik melalui perspektif sejarah. Ia menggambarkan peristiwa sebagai sesuatu yang pasti meninggalkan bukti atau evidensi. Bahwa keterlibatan para bandit, pelacur, dan seniman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Jawa Timur pasti meninggalkan sejumlah bukti.

Pencarian dan pengumpulan sumber-bukti tersebut berupa arsip, dokumen tertulis, pengalaman pelaku, majalah dan surat kabar, serta buku-buku. Sumber tersebut didapatkannya dari berbagai lokasi seperti: Arsip Nasional RI, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah Jogjakarta dan Perpustakaan UGM, Badan Arsip Jawa Timur dan DHD 45, Museum Brawijaya dan Arsip Daerah Malang.

Selain sumber tertulis, Ari Sapto juga menggunakan sumber lisan berupa hasil rekaman wawancara, serta wawancara langsung kepada informan. Ia melakukan dialog serta mengidentifikasi pemikiran serta keterangan yang diberikan infroman mengenai apa saja yang terjadi ketika masa revolusi itu. Ari Sapto melakukan kritik sumber secara kritis sebelum kemudian diinterpretasikan dan ditulis secara sistematis dan logis.

Struktur pada artikel jurnal ini tidak berbeda jauh sebagaimana artikel jurnal pada umumnya; Abstrak, pendahuluan, metode, hasil pembahasan, dan penutup. Pada bagian hasil pembahasan, Ari Sapto memaparkan kontribusi Bandit, Pelacur, dan Seniman dalam sub terpisah, hal itu dilakukan untuk menjelaskan secara detail peran masing-masing dalam masa Revolusi Nasional Indonesia saat itu.

Hasil temuan
Terdapat beberapa hasil temuan yang dirasa penting untuk diketahui terutama mengenai bandit, pelacur, dan seniman pada masa Revolusi Nasional Indonesia tahun 1945 sampai 1950.

Pertama, yakni mengenai peran para bandit. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa para bandit di Jawa Timur berhasil diajak kerjasama oleh pihak militer dengan memberikan kedudukan resmi dalam militer. Keberanian dan keahlian mereka sangat membantu dalam strategi perang gerilya. Para kriminal itu biasa dipanggil Jago.

Salah seorang Jago yang mendapat kedudukan di militer adalah Matosin, asal Surabaya. Ia adalah orang yang buta huruf tetapi menyangdang pangkat Letnan, dan memimpin kompi yang anggotanya terdiri dari pencuri dan perampok. Hal itu diketahui dari hasil rekaman wawancara dengan Moh Rifai (6 April 2009), dan pengakuan Kartirin Ask dalam Dewan Harian Daerah '45, Surabaya (1976).

Pada awalnya mereka dikenal sebagai laskar bernama "Barisan M (Maling)", yang kemudian di bawah naungan TNI diwadahi dalam Kompi Matosin. Para pelaku tindak kriminal dibebaskan dari penjara oleh pihak militer untuk diberi tugas khusus, yakni mengacaukan blokade laut Belanda.

Para penjahat ini dilengkapi senjata api oleh TNI. Kompi Matosin juga sangat membantu dalam menyediakan keperluan yang sukar didapat di daerah konflik, seperti peralatan medis, suku cadang kendaraan, obat-obatan, dan lainnya.

"Barisan M" tidak hanya terdapat di Surabaya, tetapi juga ada di Kawi Selatan. Walaupun namanya sama, organisasi ini tidak ada hubungannya dengan Barisan M yang ada di Surabaya. Barisan M di Kawi Selatan ini diberdayakan Brigade XVI untuk memperoleh barang keperluan operasi informasi militer seperti mesin ketik, mereka juga bertugas mendapatkan informasi tentang keadaan kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun