Perhelatan akbar pesta demokrasi di Indonesia sudah mencapai titik akhir. Ketegangan dan eskalasi politik saat pilpres sudah kita lewati bersama selama kurang lebih 10 bulan.Â
Energi bangsa kita sudah terkuras habis untuk mensukseskan pergantian kepemimpinan ini, bahkan sampai harus mengorbankan banyak hal, terutama rasa persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat. Tak bisa dipungkiri bahwa polarisasi dan perpecahan semakin meruncing saat momentum politik ini, diawali pilkada serentak, lalu disusul pemilu legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden 2019.
Momentum politik ini sudah kita lalui secara bersama dengan berbagai dinamikanya. Dan sudah hadir sosok pemimpin bagi Republik ini untuk lima tahun kedepan, pemimpin di eksekutif maupun wakil rakyat di legislatif (parlemen).Â
Itu tandanya kita harus sudahi ketegangan dan polarisasi ini, saatnya semua elemen dari mulai masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama dan elit politik menunjukan ke-Negarawanan-nya untuk saling bersatu dan menyejukkan suasana. Karena ongkos pemilu yang sangat mahal terasa tidak berharga jika polarisasi dan ketegangan sesama anak bangsa masih berlanjut.
Pemuda dan anak milineal yang menjadi entitas strategis dan pemilik saham terbesar dinegeri ini harus mengambil peran besar sebagai perekat dan pemersatu di tengah perbedaan masyarakat.Â
Di sisi lain anak muda juga harus mampu memimpin dan menghantarkan negeri ini mencapai titik kejayaanya. Karena menurut Pramoedya Ananta Toer bahwa sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah para pemuda nya, yang dimulai dengan perhimpunan Indonesia, sumpah pemuda, revolusi kemerdekaan 1945, hingga penggulingan diktator soeharto.
Kiprah perjuangan pemuda hingga lahirnya suatu ikrar yang kini kita sebut dengan sumpah pemuda, merupakan hasil konsensus bersama pemuda Indonesia, dengan maksud dan tujuan untuk menyatukan seluruh organisasi berbasis pemuda yang ada di Indonesia waktu itu.Â
Ini adalah ide dari tokoh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia dan para cendikiawan, sehingga pada tanggal 28 Oktober telah menghasilkan konsensus kongres pemuda, konsensus itu adalah Sumpah Pemuda; Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia, Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia, Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda dijadikan sebagai momentum pemuda untuk mempersatukan rakyat Indonesia dengan berbagai perbedaan golongan dan kelompok dari sabang sampai merauke, dari miangas sampai pulau Rote, dengan tekad berjuang bersama membela tanah air dengan semangat Indonesia untuk merdeka.Â
Berdasarkan historis dan filosofis sumpah pemuda tersebut, kita semakin percaya diri bahwa anak muda dan generasi milineal yang diperlukan bangsa kita saat ini, dengan tujuan sebagai perekat, pemersatu dan penyejuk ditengah perbedaan masyarakat.
Sebagai perekat dan pemersatu, pemuda memiliki beberapa tantangan; pertama, Komitmenyang kuat, keteguhan hati, dan konsistensi mewujudkan dan memperjuangkan cita-cita bagi kemaslahatan masyarakat, bangsa dan Negara.Â