Mohon tunggu...
Fauzan Haidar Ramadan
Fauzan Haidar Ramadan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Diponegoro

Seorang mahasiswa biasa yang hobi mencurahkan keresahannya terhadap apa yang dirasa tidak sesuai lewat untaian kata. Saya juga aktif dalam berbagai diskusi mengenai sosial, politik, negara, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu Makin Dekat, Sikap Apatis Makin Kuat

4 November 2022   08:53 Diperbarui: 4 November 2022   09:03 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riuh gema kontestasi politik pada pemilu 2024 mulai terasa. Sejumlah nama-nama  politisi ramai dibicarakan diberbagai lini media sosial. Mulai dari Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Puan Maharani, hingga Prabowo Subianto menjadi nama yang tranding dalam gelaran pesta demokrasi ini. Mereka dinilai publik, sebagai "bidak" yang paling potensial di kontestasi politik mendatang.

Lembaga survei telah merilis daftar nama-nama politisi yang berpotensi maju pada pemilu 2024. Berbagai partai politik juga telah "memproklamirkan" calon-calon yang bakal diusung di pemilihan presiden nanti. Tak lupa para pimpinan partai turut menyusun bidak strategi, guna menjaring suara sebanyak-banyaknya. Tentu, ini memberi sedikit gambaran untuk kita betapa kompleksnya pesta demokrasi di tahun 2024 nanti.

Di tengah ramai dinamika politik bangsa, ada segelintir pihak yang memilih bersikap "bodo amat" terhadap demokrasi bangsa ini. Ya, mereka adalah anak-anak muda generasi penerus bangsa. Gairah mereka akan politik seakan meredup. Nyala api semangat mereka tak lagi seperti semangat anak muda terdahulu. Mereka seakan tak peduli akan hal-hal berbau politik. Padahal kita tahu bahwasannya negara dan politik bak dua sisi uang koin. Hal ini tentu menimbulkan sebuah tanda tanya, bagaimana nasib Indonesia di masa yang akan datang?

Sebuah survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada 2020, sejumlah 191,08 juta jiwa atau sekitar 70,72 persen berada pada usia muda produktif (15-64 tahun). Kemudian, data jumlah pemilih berdasarkan usia yang dirilis oleh KPU pada situs resminya kpu.go.id mencatat, pada pemilu 2019, sebanyak 42.843.792 orang berusia 21-30, dan sebanyak 43.407.156 orang berusia 31-40 tahun.

Angka-angka tersebut menunjukkan betapa berpengaruhnya suara dari kaum muda. Mereka adalah bagian besar dari demokrasi ini. Namun, ada sebuah fakta mengejutkan. Ternyata masih banyak anak muda yang tidak tahu menahu soal partai politik. Survei Indikator Politik Indonesia pada awal Maret 2021 menyebutkan, sebanyak 42,8 persen generasi muda (17-21 tahun) tidak punya pilihan partai politik.

Sebetulnya sedari kecil, kita sudah banyak berinteraksi dengan apa yang dinamakan politik. Contoh kecilnya, ketika di bangku sekolah. Kita diminta untuk memilih ketua kelas secara bersama-sama, baik itu dengan cara voting ataupun musyawarah. Selain itu, ketika kita ingin sesuatu dan kita mencoba merayu orang tua, itu juga merupakan bentuk politik.

Mengutip sepatah kalimat dari seorang sastrawan terkenal, Pramudia Ananta Toer, beliau mengatakan, "Sejarah Indonesia itu sejarah angkatan muda. Angkatan tua itu jadi beban." Kutipan tersebut menyiratkan sebuah makna. Pram, beliau biasa dipanggil meyakini bahwa anak muda adalah pengukir sejarah bangsa. Merekalah yang menjadi pengganti generasi tua yang sudah usang dan tak lagi memimpin bangsa ini. Jikalau generasi mudanya apatis, bagaimana keberlangsungan bangsa ini.

Sikap apatisme merupakan ancaman besar bagi keberlangsungan bangsa ini. Ketidakpedulian, cuek, dan sikap individualisme adalah pengerogot masa depan bangsa. Tentu, sikap itu bukanlah tanpa sebab. Hal-hal tersebut muncul karena ketidakpercayaan generasi muda akan politisi yang mereka anggap "kotor". Mereka juga memandang bahwa politik hanya semata-mata sebagai upaya untuk memperkaya diri dan memperoleh kekuasaan. Memang, pandangan ini tak sepenuhnya salah. Tetapi, ada hal yang perlu digaris bawahi.

Partisipasi politik oleh generasi muda diperlukan oleh negara. Sebab, anak muda dikenal punya sejuta ide, inspirasi, ataupun inovasi. Negara ini butuh inovasi diberbagai sektor, seperti pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan. Ya, inovasi dipemerintahan akan berdampak besar bagi birokrasi kita. Sudah semestinya anak muda turut serta. Generasi muda adalah penggerak bangsa. Majunya bangsa ada ditangan anak muda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun