Mohon tunggu...
Fauzan AmaludinAlam
Fauzan AmaludinAlam Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Deradikalisasi Tak Perlu Mahal, Cukup dengan Tahlilan

20 November 2019   08:36 Diperbarui: 20 November 2019   09:55 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jambi.tribunnews.com

Terorisme adalah tindak kejahatan luar biasa (extraordinary crime) dan merupakan (the gratest danger) karena mengancam hak asasi manusia untuk hidup (the right to life). Oleh karena itu penangananya juga harus menggunakan cara-cara yang luar biasa (extraordinary measure) atau sering kita dengar istilah deradikalisasi. 

Sayangnya sampai hari ini upaya tersebut masih belum efektif mencegah terjadinya tindak terorisme. Terbukti beberapa hari yang lalu terjadi bom bunuh diri di polrestabes Medan Sumatra Utara.

Menghadapi serangan terorisme tak ubahnya memerangi kelompok gerilya yang tidak jelas keberadaanya. Pastinya sulit sekali membaca taktik dan strategi yang gunakan lawan. 

Saya jadi terbayang bagaimana jengkelnya Belanda saat mengatasi gerilyawan pimpinan Diponegoro di masa kolonial dulu sampai harus mengalami kerugian besar. 

Bayangkan saja ketika para sinyo-sinyo Belanda dan para tentaranya lagi sans dalam keadaan bogan (bobo ganteng) di camp tentara. Tiba-tiba diserang musuh yang tak tahu darimana rimbanya. Oh lord, bahkan  buat pake celana saja nggak bakal sempet, apalagi cari senapan. 

Kira-kira itulah yang dirasakan Densus 88 anti teror saat ini dalam menghadapi kelompok terorisme. Meski substansinya berbeda tetapi modus operasinya hampir sama. Seperti itulah analogikanya menurut kajian ilmu kirologi (ilmu kira-kira). He he.

Oleh karena itu, atas dasar rasa iba terhadap pemerintah serta bentuk kontribusi saya terhadap bangsa dan Negara ini dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Eh Itu mah pembukaan undang-undang ya? 

intinya saya ingin menawarkan ide untuk mencanangkan tahlilan sebagai upaya deradikalisasi terorisme. Rasionalisasinya selain lebih ramah anggaran juga sudah terbukti bahwa jamaah tahlilan tidak ada yang menjadi teroris. 

Seandainya menjadi pelaku kriminal juga paling berat maling sandal jepit swalaw pas pulang tahlilan. 

Menurut para pakar pengkaji terorisme. Faktor-faktor yang mendorong orang menjadi teroris adalah sebagai berikut:

  1. Masalah ekonomi (terutama hal perbadogan).

Jelas untuk faktor yang satu ini tidak diragukan lagi mampu diselesaikan dengan tahlilan sebagai problem solving.

 Tips bagi Anda yang sedang demam (dompet terbenam) untuk segera cari tempat tahlilan, sebelum terpapar radikalisme. Minimal hari itu hidup Anda terjamin.

 Apalagi kalau tahlilan untuk orang meninggal. Biasanya bukan cuma sehari, insyallah tahlilan bisa menyambung nyawa Anda sampai tujuh hari ke depan.

 Bayangkan jika dalam sebulan ada empat tetangga Anda yang meninggal. Kan lumayan, gaji Anda sebulan bisa ditabung atau diinvestasikan. Keren kan? eh tapi jangan malah ngebom supaya banyak tahlilan.

  1. Eksklusivitas dalam ranah sosial.

Dalam dunia tahlil-mentahlil kita tidak bisa lepas dari kontak sosial dalam masyarakat. Minimal tetangga satu RT, bahkan satu RW atau satu kampung. 

Semakin sering ikut tahlilan semakin mengenal satu sama lain sehingga sulit adanya celah untuk lepas dari pantauan masyarakat. Artinya jika Anda bercita-cita menjadi teroris pasti tercium oleh tetangga.

 Bayangkan saja, pas mau ngerakit bom, eh diajak tahlilan. Sudah pulang tahlilan, mau tes daya ledak bom. Eh dikepoin sama tetangga. Mau hajatan ya mas? Loh ko hajatan. Lah itu nyalain petasan. Hiyahiya

  1. Salah pengajian

Faktor salah pengajian adalah yang paling menentukan di antara faktor-faktor yang lain. Karena di sana dilakukan proses brainwash cuci otak dan indoktrinisasi ideologi radikal dengan diiming-imingi imbalan bidadari surga.

 Kadang saya mikir, apa bidadari surga mau ya sama mereka? Udah mukanya gosong, kakinya ilang, kupingnya nggak ketemu.  Jadi kasihan sama bidadari, mereka dipaksa menikah dengan teroris. Padahal kan cinta tidak bisa dipaksakan toh? Hiks.

Oleh karenanya bagi bidadari-bidadari dunia saya kasih tips biar tidak benasib malang seperti bidadari surga. Lebih baik kalian memilih jamaah tahlilan sebagai pasangan. Selain lebih gans juga anti radikalisme.

 Nah kalau anti radikalisme artinya dia adalah pasangan yang setia. Lho apa hubunganya? Begini mba, salah satu motif terorisme itu kan pengen dapet bidadari surga toh? Jamaah tahlilan tidak punya motifasi itu karena bukan radikalis. Jadi fiks mereka setia.

Oh iya kembali lagi ke salah pengajian. Jadi tips lagi buat Anda agar tidak salah pilih pengajian. Sebaiknya Anda memilih pengajian yang ada tahlilanya. Minimal yang tidak mengharamkan tahlilan lah.

 Karena pengajian yang mengamalkan tahlil sudah dipastikan bukanlah kelompok pengajian yang terpapar radikalisme. Jangankan ngebom, pernahkah Anda tahu ada tawuran antar jamaah tahlilan? 

Pokoknya jamaah tahlilan adalah kelompok orang paling religius sekaligus nasionalis yang mengamalkan butir-butir pancasila secara kafah. 

Baiklah kita analisis satu persatu. Sila pertama ketuhanan yang maha esa. Jelas tahlilan artinya membaca la ilaha illallah tidak ada tuhan selain allah. 

Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Jamaah tahlil pasti beradab, karena tidak munggkin tahlilan cuma pakai celana boxer sama kaos oblong kan? Dan pas datang salam-salaman. Beradap sekali.

 Sila ketiga persatuan. Semua jamaah tahlil dikumpulkan di satu tempat. Tidak mungkin sebagian di ruang tamu, yang lain di gudang. 

Sila empat kerakyatan dan perwakilan. Satu keluarga diwakilkan satu orang saja, kalau datang semua bikin bangkrut tuan rumah. Sila ke lima keadilan sosial. Satu orang dapat satu berkat. Adil kan?

Kesimpulanya jelas bahwa tahlilan solusi bagi radikalisme di tanah air yang semakin lama semakin merajalela. 

Maka kita sebagai warga Negara yang baik agar semakin sering mengadakan tahlilan. Karena tahlilan ternyata bukan cuma berkah bagi yang telah meninggal dunia, tetapi juga berkat bagi yang masih hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun