Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dana Pensiun: Ikhtiar Lahir Batin Menuju Senja yang Tenang

25 Mei 2025   21:50 Diperbarui: 25 Mei 2025   21:50 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Susanne Nicolin from Pixabay

Ilusi Waktu dan Ketidaksiapan Diri

Kita sering menganggap masa pensiun seperti musim dingin di negeri tropis---terlalu jauh untuk dipikirkan, terlalu asing untuk disiapkan. Padahal, waktu tidak pernah benar-benar memberi jarak. Ia berjalan terus, diam-diam, menyusup lewat kesibukan, dan tanpa terasa, usia pun mendekati senja.

Fenomena ini bukan hal baru. Banyak anak muda hidup dengan semangat YOLO---You Only Live Once---yang kerap disalahartikan sebagai ajakan untuk menikmati hidup tanpa tanggung jawab jangka panjang. Gaji habis sebelum tanggal muda, investasi diabaikan, apalagi dana pensiun? "Nanti aja deh, kan masih muda," begitu kata dalam hati yang penuh ilusi akan panjangnya waktu.

Dalam pandangan filsafat eksistensial, ini disebut sebagai inauthentic living---hidup yang tertunda, yang hanya sibuk menunda kesadaran akan kefanaan. Heidegger menyebut manusia seperti ini sebagai das Man, sosok yang hanyut dalam keramaian dan lupa menyiapkan keheningan.

Sementara dalam tasawuf, keterlambatan menyadari kefanaan disebut sebagai ghaflah---kelalaian. Ia bukan sekadar lupa menabung, tapi lupa bahwa waktu adalah amanah. Dan seperti setiap amanah, ia akan dimintai pertanggungjawaban.

Maka artikel ini bukan hanya soal dana pensiun sebagai urusan finansial. Ini tentang kesadaran. Tentang menyiapkan hari tua dengan bijak, karena sejatinya, masa depan adalah ruang di mana tanggung jawab spiritual dan duniawi kita akan bertemu.

Dana Pensiun -- Bukan Hanya Materi, Tapi Rasa Aman Jiwa

Banyak orang berpikir, menyiapkan dana pensiun semata soal uang: kalkulasi tabungan, investasi, atau imbal hasil dari portofolio. Tapi dalam pandangan tasawuf, segalanya kembali pada niat dan kesadaran batin. Dana pensiun bukan sekadar pengaman ekonomi, melainkan ikhtiar menjaga tuma'ninah---ketenangan jiwa---agar tidak terombang-ambing oleh ketidakpastian masa depan.

Seorang sufi hidup dalam prinsip wara', yaitu sikap hati-hati terhadap segala sesuatu yang belum jelas manfaat dan akibatnya. Dalam konteks dunia kerja, wara' bisa berarti menahan diri dari pemborosan hari ini demi menjamin kelapangan esok hari. Seseorang yang menabung untuk hari tuanya bukan berarti tamak pada dunia, melainkan sedang mempraktikkan tadbir (pengelolaan) sebagai bentuk tanggung jawab.

Menabung untuk pensiun juga bukan tanda ketakutan, melainkan bentuk cinta pada diri sendiri dan keluarga. Sebagaimana kita menyiapkan payung sebelum hujan, kita juga menyiapkan ruang aman sebelum tubuh menua dan produktivitas menurun. Dalam banyak ajaran sufistik, disebutkan bahwa salah satu pintu ketenangan adalah bebas dari rasa takut akan kekurangan. Dan persiapan yang matang adalah jalan sunyi menuju kebebasan itu.

Lebih dari itu, dana pensiun menjadi penanda bahwa kita tidak hidup asal-asalan. Kita tidak menyerahkan hidup pada nasib atau keadaan, tapi ikut merancang hidup dengan sadar. Filosof Yunani kuno, Epictetus, pernah berkata: "Freedom is the only worthy goal in life." Maka dana pensiun, dengan segala bentuknya, adalah upaya menuju kebebasan sejati---bebas dari rasa khawatir, bebas dari beban orang lain, dan bebas dari penyesalan.

Karena sejatinya, ketenangan bukan dibeli dengan uang, tapi dengan kesiapan.

Dunia Ini Ladang, Hari Tua adalah Musim Panen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun