Pendahuluan: "Semakin Paham, Semakin Banyak Ujian?"
Pernah nggak merasa, setelah belajar banyak hal, memahami konsep spiritual, atau mendalami ilmu pengetahuan, justru ujian dalam hidup malah makin berat?
Dulu, mungkin ujiannya sederhana: malas bangun subuh, susah menahan lapar saat puasa, atau sekadar dilema memilih mie instan atau nasi padang di akhir bulan. Tapi begitu kesadaran meningkat, ujiannya berubah: ego yang halus, kesombongan yang samar, perasaan merasa lebih paham dari orang lain.
Misalnya, dulu waktu belum tahu apa-apa tentang tasawuf, kita masih asyik hidup biasa saja. Begitu belajar tentang mujahadah (perjuangan melawan diri sendiri), malah mulai kepikiran, "Hmm... aku udah mulai ngerti ini. Orang lain kok masih begitu-begitu aja?"
Atau saat memahami konsep kebebasan berpikir, malah jadi suka meremehkan mereka yang masih berpikiran "sempit".
Jadi, apakah semakin banyak ilmu justru membuat kita semakin mudah tergelincir? Kenapa semakin sadar, justru semakin diuji?
Inilah yang akan kita bahas: bagaimana ilmu dan kesadaran bisa berubah menjadi jebakan ego yang halus, dan bagaimana cara agar tidak terperangkap dalam kesombongan intelektual.
Kesombongan Intelektual -- Jebakan Halus dalam Perjalanan Spiritual
Apa Itu Kesombongan Intelektual?
Kesombongan intelektual itu seperti parfum murah yang menyengat---orang lain bisa menciumnya, tapi yang memakainya sering kali tidak sadar.
Ini bukan sekadar merasa pintar, tapi merasa lebih tercerahkan dibanding yang lain. Lebih paham agama, lebih tahu filsafat, lebih "sadar" dibanding orang-orang yang masih "terjebak sistem."
Contohnya?
- "Ya ampun, orang-orang kok masih percaya beginian? Udah nggak zaman!"
- "Kita ini udah paham esensi agama, mereka masih ribet di ritual doang."
- "Orang lain belum sampai di level pemahamanku, sabar aja lah..." (padahal di hati merasa bangga sendiri)
Terdengar familiar? Hati-hati, ini sudah masuk kategori kesombongan intelektual!