Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pintar Tapi Terus Diuji? Hati-Hati dengan Kesombongan Intelektual dan Ego Halus

8 Maret 2025   15:44 Diperbarui: 10 Maret 2025   09:48 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pintar tapi Sombong. Sumber: Pixabay/Sammy-Sander 

Pendahuluan: "Semakin Paham, Semakin Banyak Ujian?"

Pernah nggak merasa, setelah belajar banyak hal, memahami konsep spiritual, atau mendalami ilmu pengetahuan, justru ujian dalam hidup malah makin berat?

Dulu, mungkin ujiannya sederhana: malas bangun subuh, susah menahan lapar saat puasa, atau sekadar dilema memilih mie instan atau nasi padang di akhir bulan. Tapi begitu kesadaran meningkat, ujiannya berubah: ego yang halus, kesombongan yang samar, perasaan merasa lebih paham dari orang lain.

Misalnya, dulu waktu belum tahu apa-apa tentang tasawuf, kita masih asyik hidup biasa saja. Begitu belajar tentang mujahadah (perjuangan melawan diri sendiri), malah mulai kepikiran, "Hmm... aku udah mulai ngerti ini. Orang lain kok masih begitu-begitu aja?"

Atau saat memahami konsep kebebasan berpikir, malah jadi suka meremehkan mereka yang masih berpikiran "sempit".

Jadi, apakah semakin banyak ilmu justru membuat kita semakin mudah tergelincir? Kenapa semakin sadar, justru semakin diuji?

Inilah yang akan kita bahas: bagaimana ilmu dan kesadaran bisa berubah menjadi jebakan ego yang halus, dan bagaimana cara agar tidak terperangkap dalam kesombongan intelektual.

Kesombongan Intelektual -- Jebakan Halus dalam Perjalanan Spiritual

Apa Itu Kesombongan Intelektual?

Kesombongan intelektual itu seperti parfum murah yang menyengat---orang lain bisa menciumnya, tapi yang memakainya sering kali tidak sadar.

Ini bukan sekadar merasa pintar, tapi merasa lebih tercerahkan dibanding yang lain. Lebih paham agama, lebih tahu filsafat, lebih "sadar" dibanding orang-orang yang masih "terjebak sistem."

Contohnya?

  • "Ya ampun, orang-orang kok masih percaya beginian? Udah nggak zaman!"
  • "Kita ini udah paham esensi agama, mereka masih ribet di ritual doang."
  • "Orang lain belum sampai di level pemahamanku, sabar aja lah..." (padahal di hati merasa bangga sendiri)

Terdengar familiar? Hati-hati, ini sudah masuk kategori kesombongan intelektual!

Bagaimana Ilmu Bisa Menjadi Ujian Baru?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun