"Tak perlu kau sesali, hidup 'kan membuatmu memahami." -- Noah (Jalani Mimpi)Â
Pendahuluan: Jalani Mimpi, Jalani Hidup, Jangan Cuma Jalani Deadline
Musik punya cara unik dalam menemani perjalanan hidup seseorang. Kadang, sebuah lagu bisa lebih dari sekadar kumpulan nada dan lirik---ia bisa menjadi pengingat, penyemangat, atau bahkan teman curhat tanpa harus menjawab, "Gpp, aku di sini kok." Salah satu lagu yang punya efek semacam itu adalah Jalani Mimpi dari Noah.
Lagu ini bukan sekadar kumpulan melodi yang enak didengar sambil scroll media sosial atau nemenin kerja lembur. Jalani Mimpi membawa pesan yang dalam: bahwa hidup ini penuh ketidakpastian, tapi selama kita masih bisa melangkah, harapan tetap ada. Liriknya sederhana tapi menghantam perasaan, seperti notifikasi tagihan di awal bulan.
Bagi saya, lagu ini lebih dari sekadar karya Ariel dan kawan-kawan. Jalani Mimpi adalah soundtrack bagi mereka yang sedang berjuang---entah dalam karier, percintaan, atau bahkan sekadar bertahan dari cobaan hidup yang datang seperti tugas mendadak dari atasan.
Dalam artikel ini, kita akan membedah lagu Jalani Mimpi dari berbagai sisi: sejarah, makna lirik, hingga refleksi personal tentang bagaimana lagu ini bisa menjadi pengingat bahwa selama kita masih berjalan, peluang untuk sampai ke tujuan selalu ada. Jadi, mari kita mulai perjalanan ini. Jalani mimpi, jangan cuma jalani rebahan!Â
Sejarah Lagu "Jalani Mimpi": Noah dan Perjalanan Tanpa Kata 'Menyerah'
Setiap lagu punya cerita, dan Jalani Mimpi bukan sekadar lagu yang lahir begitu saja di studio rekaman. Ia adalah bagian dari perjalanan panjang Noah dalam industri musik, sebuah perjalanan yang penuh lika-liku seperti hidup kita yang kadang lurus, kadang belok ke warung kopi dulu.
Lagu ini dirilis pertama kali pada 2017Â sebagai single sebelum akhirnya masuk ke album Keterkaitan Keterikatan yang rilis pada 2019. Menurut catatan di Wikipedia, Jalani Mimpi merupakan salah satu lagu yang direkam lebih cepat dibanding lagu lain di album tersebut. Proses kreatifnya terjadi saat Noah melakukan sesi karantina di Puncak, Bogor, tempat di mana mereka mengembangkan berbagai ide baru dalam bermusik.
Pada saat itu, Noah sedang berada dalam fase eksplorasi dan adaptasi. Setelah berpisah dari Peterpan dan mengganti nama, mereka harus menghadapi tantangan baru: mempertahankan eksistensi di tengah industri musik yang mulai bergeser ke arah digital. Jika sebelumnya penjualan kaset dan CD menjadi indikator kesuksesan, kini dominasi platform streaming mengubah cara musisi berinteraksi dengan pendengarnya.
Menurut laporan dari I-Radio FM, lagu ini mendapat respons yang sangat baik dari pendengar dan bahkan berhasil menduduki peringkat pertama di tangga lagu Indonesia 40. Kesuksesan ini menunjukkan bahwa Noah masih memiliki daya tarik kuat di tengah perubahan lanskap musik modern.