Mohon tunggu...
Fauzan Widyarman
Fauzan Widyarman Mohon Tunggu... Administrasi - sesekali menulis

tulisan merupakan opini penulis atau hasil bacaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Akhir Tahun di Papua Barat Daya: Perjalanan ke Sorong

8 Januari 2023   22:25 Diperbarui: 8 Januari 2023   22:31 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena waktu masih banyak untuk menunggu kapal datang sore nanti, kami pun berkeliling kota Sorong sambil menunggu waktu makan siang. Rute jalan yang kami lalui ternyata mengarah ke perbatasan, dengan kondisi jalan yang lebih bagus dari yang kami lewati sebelumnya.

Ternyata, ada satu kawasan pendatang dimana para transmigran dari Jawa bermukim. Di tempat itu, para transmigran mengelola kebun dan ladang sekaligus untuk suplai kebutuhan makanan sehari-hari. 

Selain itu pendatang juga banyak yang menjadi pedagang atau pekerja swasta lainnya. Cukup mengagumkan semangat hidup pendatang di Sorong. Saya pun bertanya sebenarnya apa yang menjadi motivasi orang merantau ke Papua dengan gambaran tentang Papua yang masih tertinggal (terutama di Jawa)? Jawaban Pak Sarif, karena banyak perantau yang sukses. Mereka mengajak sanak keluarganya untuk ikut ke sana. Sebagai contoh dari Pak Sarif, ada pendatang Jawa yang sukses dengan penghasilan Rp 200-300 ribu perhari dengan pekerjaan tukang ojek. Jumlah itu tergolong besar bahkan jika membandingkan dengan penghasilan PNS.

Kami melanjutkan makan siang di RM Wong Solo. Kelihatannya restoran ini merupakan salah satu yang terbesar di Sorong dengan atap berbentuk Rumah Gadang. Konon restoran ini juga menjadi korban ketika ada kasus rasisme yang berujung pada kemarahan orang Papua beberapa tahun lalu. Restoran ini terasa sangat islami dengan memasang banyak hadits dan petuah bijak Islam di dindingnya. Selepas makan siang, dengan mempertimbangkan waktu yang masih lama, kami kembali ke hotel dan rencananya kembali ke pelabuhan sore nanti.

Saat kami tiba, KM Gunung Dempo telah sampai. Ratusan bahkan ribuan penumpang turun dan naik berhamburan bersama dengan porter pelabuhan yang ikut membantu mengangkat barang penumpang. Jumlah mereka sangat banyak. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk pertama kalinya masuk ke kapal Pelni ini. Ada garbarata yang menghubungkan ruang tunggu ke kapal. 

Menurut penjelasan Pak Glen da Costa, pegawai KSOP, garbarata ini difungsikan bagi penumpang naik sementara penumpang turun lewat jalur bawah. Ini dilakukan untuk mengatur arus penumpang sehingga tidak bercampur dan agar lebih teratur. 

Terlihat arus penumpang yang sangat banyak tersebut telah menanti kapal yang memang sudah datang tertunda akibat cuaca. Terlihat kapal dalam kondisi cukup baik dan pegawai yang menjalankan tugasnya mengatur penumpang dengan tegas. Beberapa kali amarah keluar akibat penumpang atau porter yang tidak mengikuti aturan.

Musim Nataru memang lebih sibuk dari yang sebelumnya saya bayangkan, apalagi di saat kedatangan kapal. Tadinya, maksud keberangkatan saya ke Sorong adalah lebih kepada memantau program pencegahan korupsi (Stranas PK) di Pelabuhan Sorong. 

Ternyata sampai di sana, agenda berubah dari jadwal yang direncanakan. Lebih banyak juga kegiatan dari yang dibayangkan. Jam istirahat tentu harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena perjalanan jauh, perbedaan zona waktu, dan padatnya kegiatan cukup menguras tenaga. 

Kini agenda meninjau kapal telah selesai, kami turun dari garbarata untuk kembali ke posko. Garbarata ini memang dibanggakan oleh Pelindo dengan menyebutnya tidak kalah dari bandara. Menurut saya memang garbarata itu cukup baik dan sangat membantu pelayanan penumpang.

Dokpri
Dokpri
Menjelang magrib dan malam terakhir di Sorong, kami melanjutkan dengan makan malam di seafood kaki lima yang ditempuh dengan berjalan kaki melewati terminal kontainer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun