Mohon tunggu...
Fauzan Widyarman
Fauzan Widyarman Mohon Tunggu... Administrasi - sesekali menulis

tulisan merupakan opini penulis atau hasil bacaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Akhir Tahun di Papua Barat Daya: Perjalanan ke Sorong

8 Januari 2023   22:25 Diperbarui: 8 Januari 2023   22:31 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu posko Nataru masih terlihat sibuk. Menjelang malam, diadakan penggantian shift petugas di posko. Saya melihat begitu besar tugas yang diberikan setiap orang di posko ini. 

Tentu saja berdinas di posko dari pagi hingga sore bukan merupakan tugas yang terlihat mudah. Mengakhiri rangkaian kegiatan hari ini, kami diajak makan malam di RM Anyam Penyet Surabaya dan Mie Godog.

Hari Kedua: Akhirnya Kapal Gunung Dempo Tiba

Kami dijemput pagi ini pada Rabu, 28 Desember 2022 oleh pegawai Disnav dan mendapat kabar bahwa pagi ini kapal belum tiba dan diperkirakan baru jam 4 sore kapal Gunung Dempo datang. 

Alhasil kami tidak punya kegiatan pada pagi hingga siang hari itu. Dua pegawai Disnav yang datang adalah rekan kerja Pak Sarif dulu sewaktu berdinas di Disnav. Salah satunya orang asli Papua dan satunya lagi orang keturunan Jawa yang merantau ke Sorong. Kami mengobrol cukup lama karena belum ada rencana perjalanan yang jelas di pagi itu. Salah satu rombongan kami juga kurang enak badan sehingga harus beristirahat di kamar.

"Kota Sorong tidak punya tempat wisata," kata Pak Sarif bereaksi saat ada ajakan untuk keliling kota. Hanya ada pantai yang sekarang sudah ditimbun pesisirnya karena akan dibangun pusat pertokoan modern. Dulu pantai itu adalah tempat wisata, sekarang yang ada tembok dan pedagang kelapa muda di pinggiran jalan. Karena tidak punya pilihan, kami pun berangkat ke pinggir pantai untuk mencicipi kelapa di sana.

Kota Sorong adalah kota yang cukup berkembang. Beberapa jalan protokol terawat dengan cukup baik. Karena bukan kota besar, jarak antartempat di Sorong tidak begitu jauh. Saat ini Provinsi Papua Barat Daya telah terbentuk dan kota ini menjadi ibukotanya. Pusat perbelanjaan juga terdapat di kota ini dengan tenant lokal maupun internasional ada.

Kota ini merupakan gambaran Papua yang modern. Jika diamati pembangunan pesat yang terjadi di kota ini sepertinya masih belum berlangsung lama. Kehadiran orang pendatang dianggap sebagai salah satu penggerak ekonomi. Namun persaingan tidaklah mengenal asal-usul seseorang.

Tiba di pinggir pantai, kami melihat begitu sayangnya pantai tersebut menjadi terbengkalai dan pembangunan yang direncanakan sepertinya masih membutuhkan waktu yang lama. Minum kelapa di pinggir pantai hampir seluruh pedagangnya adalah orang asli Papua. Bangku hijau yang dicat dengan tulisan "Pemberdayaan OAP (Orang Asli Papua)" memberikan kesan jika lokasi perdagangan ini memang diperuntukkan untuk OAP. Sampai disana bergabung lagi seorang pegawai Disnav yang juga teman lama Pak Sarif. 

Beliau bercerita, kondisi kantor Disnav masih membutuhkan pegawai yang berkompeten karena wilayah kerja (wilker) Disnav yang sangat luas. Beberapa pegawai ditempatkan di pulau, salah satunya disebut Pulau Buaya, sebagai petugas jaga disana. Dia sendiri adalah orang Jawa Timur yang ikut orang tuanya pindah ke Sorong sebagai transmigran. 

"Saya tidak berencana balik ke Jawa lagi karena sudah betah di sini. Saya kurang tahu perkembangan yang ada di kampung halaman saya," ujarnya. Menjadi warga pendatang mungkin berat saat dibayangkan, namun buktinya mereka yang sudah pindah ke sana merasa kondisinya baik dan tidak berpikir untuk pulang kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun