Mohon tunggu...
fauny hidayat
fauny hidayat Mohon Tunggu... wiraswasta -

swasta, independen, tak punya afiliasi ke partai politik manapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa yang Salah dengan Foto Ciuman Anak Sma Itu

2 Februari 2011   10:07 Diperbarui: 4 April 2017   18:09 2882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12966378031431021311

[caption id="attachment_87019" align="alignleft" width="150" caption="berciuman"][/caption] tampak sebuah foto besar: dua sejoli berseragam sma sedang hot berciuman. komentar dibawahnya, astagfirullohulaziem. seakan-akan ada malapetaka besar. eksistensi moral remaja kita seakan-akan runtuh. foto itu dianggap "menjijikkan". bayangkan, bila yang ada di dalam foto itu adalah anak atau keluarga terdekat kita. pertanyaan selanjutnya: demikiankah adanya? saya termasuk orang yang menganggap itu foto biasa-biasa aja. kelakuan dua sejoli itu biasa aja. sialnya dia, tertangkap fotografer amatir yang iseng dan menyebarkannya. yang kurang bermoral, menurut saya, justru si fotografer amatir iseng yang tega-teganya menyebarkan foto itu. untuk apa? untuk menunjukkan remaja kita brengsekkah? toh masalahnya, yang terekam di dalam foto itu hanya sedikit dari kelakuan remaja kita saat ini yang memang berani, nekat, cuek, di tengah-tengah nilai "ketimuran" (agama?) yang masih dicoba dipertahankan generasi diatasnya. apakah foto itu bisa jadi ukuran untuk menilai seberapa bejat remaja kita? saya kira gak juga. teknologi telah memudahkan kita untuk "tahu" apa yang sebelumnya tidak mudah kita ketahui. buat saya sih simpel aja. dan mungkin ini menyakitkan. yakni: biarin aja, toh masalahnya adalah soal tanggungjawab atas perbuatan masing-masing pribadi. sejak kecil kita toh telah dididik untuk bertanggungjawab atas apa yang kita lakukan dan konsekuensi-konsekuensinya. memegang api terbakar, berenang di air bisa tenggelam, terbang bisa jatuh, dan seterusnya. termasuk: pacaran (khususnya buat remaja) yang kelewatan bisa berbuah hasil yang menyakitkan. pengalaman buruk bisa jadi penting untuk mendapatkan kesadaran baru akan hal tertentu. "sadar" tidaklah mudah didapatkan, kecuali dengan pengalaman-pengalaman khusus dan tertentu pula. yang penting adalah, menurut hemat saya, pengetahuan akan masalah-masalah seksualitas harus diberikan sejak dini, seawal mungkin, seketika saat remaja itu mulai aware dengan hal-hal yang berbau seksualitas dan konsekuensi-konsekuensinya. menjelaskan pengetahuan seksualitas yang tepat memang menjadi masalah sendiri. tapi, saat ini, menurut hemat saya, nyaris tidak ada kendala serius tentang itu. buku bacaan, internet, dan pedoman-pedoman yang baik bisa didapatkan dengan mudah. buat saya, ekstra penting untuk memastikan sejak awal pula: masing-masing orang harus bertanggungjawab dengan perbuatannya sendiri. saat ini, kita dapati, banyak elit dan pemimpin kita tidak memberi contoh yang ideal soal ini. banyak pemimpin dan elit kita yang seenaknya melepaskan tanggungjawab, mencari kambing hitam (atau putih?) untuk bebas dari tanggungjawab. nggak ada yang berani menyatakan: itu tanggungjawab saya. apalagi siap mundur dari jabatannya, padahal dia bertanggungjawab atas kebijakan yang dilakukannya. nilai dari tanggungjawab itu terkontaminasi dengan kepengecutan akibat mental yang nggak sehat. jadi? kata sebuah hadis: kullukum ra'in wa kullu ra'im mas'ulun an ra'iyyatihi ("setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanyai perihal apa-apa yang dipimpinnya”). ringkasnya, kita harus tanggungjawab atas apa-apa yang telah kita lakukan. dan biarkan mereka harus bertanggungjawab pula (nantinya) dengan apa-apa yang telah mereka lakukan.(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun