Mohon tunggu...
Fatwa Azmi
Fatwa Azmi Mohon Tunggu... Novelis - Hi, I am, Azmi.

Anak ingusan yang mengetik dengan jari kecilnya, memandang dengan dua bola mata indahnya, dan mempunyai hati sebagaimana hati manusia. Read more at https://www.indonesiana.id/profil/1223/fatwazmi@gmail.com#kbDjWqS1PpfLmjOW.99

Selanjutnya

Tutup

Money

Penerapan Ekonomi Islam Tidak Memerlukan Khilafah Terlebih Dahulu

16 Juli 2020   16:54 Diperbarui: 16 Juli 2020   16:45 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang ini saya baru membongkar buku-buku lama yang ternyata masih sangat relevan hingga saat ini.
Sumber buku: Deskripsi Ekonomi Islam
Oleh: DR. MONZER KAHF
Judul Asli: An-Nizhmu 'I-Iqtishad 'I-Islam - Nazhrah ' mmah
Cetakan I - 1987

Beberapa fakta yang membuat saya tertarik untuk mempelajari ekonomi khususnya ekonomi Islam ini adalah:
1. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang tentunya termasuk pelaku ekonomi sejak masih muda.
2. Kota Madinah adalah kota perekonomian hebat yang di dalamnya terdapat berbagai macam suku dan agama dengam menerapkan ekonomi Islam.
3. Anggapan masyarakat yang kurang tepat ketika menyatakan bahwa seorang muslim harus hidup sederhana dan tidak pantas bermewah2an.
4. Hebatnya dampak perang dagang ekonomi dibanding perang secara terbuka yang pernah dirasakan pada zaman lahirnya Islam.

Kita mulai!
Sudah sejak lama kita semua tahu bahwa perdebatan sistem ekonomi yang masyhur di masyarakat adalah  Kapitalisme vs Marxisme.

Kapitalisme membebaskan usaha manusia untuk mendapatkan keuntungan pribadi tanpa adanya batas ataupun ikatan dalam usahanya. Bahkan secara tidak langsung Kapitalisme menyatakan "Tuhan yang terisolir". Maksudnya, setelah melaksanakan perbuatan mencipta dan mengatur, Tuhan tidak terlibat lagi dalam perbuatan ciptaan-Nya. Filsafat ini tampak jelas dalam aliran Agnotistik.

Selanjutnya Marxis yang banyak menghasilkan pemikiran tentang pertentangan dan pertarungan kelas. Nantinya, pihak ploretariat yang diwakili oleh kepemimpinan diktatorisme akan mengatur segala hal terkait perekonomian dengan berdasarkan prinsip kolektifisme.

Lalu bagaimana dengan prinsip ekonomi Islam?
Sejak berusia dini, seorang muslim telah diajarkan dan dilekatkan bahwa seluruh alam raya ini merupakan milik Allah SWT. Bukan milik individu (Kapitalisme), bukan juga milik proletariat (Marxisme). Tidak hanya itu, seorang muslim juga diajarkan tentang adanya hari perhitungan amal. Adanya pemahaman tentang keduanya akan sangat berpengaruh dengan pola perilaku ekonomi Islam. 

Dengan kata lain seorang muslim harus mengerti bahwa harta yang diperjuangkan saat ini bukan milik dirinya semata, melainkan hanya berupa titipan dalam hak penggunaannya. Tiada kepemilikan mutlak seseorang atas apapun di dunia ini. Semua penggunaan hartanya pun  akan dipertanggungjawabkan nanti. 

Bahkan, jika seseorang telah wafat, maka hak hartanya tersebut wajib diwariskan kepada ahli waris yang telah ditentukan perihalnya dalam al-Quran dan as-Sunnah. 

Perhitungannya pun harus sesuai dan adil supaya tidak ada yang merasa dirugikan. Tidak boleh ada warisan pribadi yang ditunaikan demi menyelamatkan hartanya semata.

Sistem ekonomi Islam bersifat dinamis dan berimbang. Artinya tidak ada hukum beku yang memberikan perincian, tetapi hanya menetapkan garis-garis dan kaidah-kaidah pokok dalam al-Quran dan as-Sunnah. Sisanya? Otak manusia itu sendiri yang harus bisa mengatur dan bergerak. Maka dari itu seorang muslim dituntut bersikap inovatif, kreatif, bahkan moderat supaya bisa menerima pembaharuan-pembaharuan yang sesuai dengan syara'.

Larangan-larangan seperti mengurangi timbangan atau transaksi riba memang jelas adanya. Tinggal bagaimana manusianya bisa mengatur perekonomian dengan menghindari larangan-larangan tersebut. Larangan tersebut pun memang dibuat demi kebaikan bersama. Betapa banyaknya korban yang telah dirugikan akibat transaksi dilarang tersebut. Al-Quran  sudah mengatur bagaimana cara bertransaksi dengan baik dan jujur. Begitu juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun