Mohon tunggu...
Fatwa Azmi
Fatwa Azmi Mohon Tunggu... Novelis - Hi, I am, Azmi.

Anak ingusan yang mengetik dengan jari kecilnya, memandang dengan dua bola mata indahnya, dan mempunyai hati sebagaimana hati manusia. Read more at https://www.indonesiana.id/profil/1223/fatwazmi@gmail.com#kbDjWqS1PpfLmjOW.99

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reuni 212, Mencari Makna yang Sesungguhnya

2 Desember 2019   10:21 Diperbarui: 2 Desember 2019   10:36 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, awal bulan Desember akan terangkat kembali isu lama yang masih hangat untuk diperbincangkan. Media televisi, koran harian, hingga media sosial kembali ramai adanya. Di balik layar, PA 212 siang malam bekerja untuk menyukseskan pertemuan tahunan itu.

Tak peduli apa yang dikatakan oleh para narasumber yang terus berdebat di layar kaca, mereka terus bahu membahu agar tepat pada tanggal 2 Desember nanti kesan syahdu pada 2 Desember sebelumnya dapat dirasakan kembali. Persiapan lokasi, logistik, bahkan edaran-edaran terus dibagikan demi terselenggaranya pertemuan ini dengan baik.

Dukungan dari berbagai daerah Indonesia terdengar ramai. Banyak berita yang menyebutkan mereka berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer, menyewa 1 pesawat, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, para petinggi organisasi masyarakat Islam lainnya banyak diundang di stasiun televisi. Untuk pertanyaannya, tak lain tak bukan tentang seberapa pentingnya pertemuan itu kembali diselenggarakan. Untuk jawabannya bermacam-macam. Ada yang setuju dengan adanya pertemuan itu dengan syarat tetap kondusif dan tidak menimbulkan kericuhan.

Namun ada juga yang menolaknya secara terang-terangan. Bahkan ada yang menganggap pertemuan itu sebagai pintu masuknya bumbu fundamentalis, radikalis dan sebagainya. Di negeri Indonesia, pendapat bagaimanapun boleh saja dilontarkan asalkan tetap sesuai dengan hukum dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sehingga bagi pasukan putih-putih (baca: Front Pembela Islam) sebagai organisasi induk yang menaungi pertemuan ini merasa hal-hal yang dilontarkan itu merupakan pendapat yang sah-sah saja. Pada faktanya, mereka tidak terlalu memikirkan itu dan lebih fokus untuk menampik pendapat-pendapat itu dengan pembuktian pada tanggal 2 Desember nanti.

Bagiku, membahas ini merupakan membuka lembaran lama akan tulisan yang pernah aku ciptakan sebelumnya. Beberapa tugas UAS pun menumpuk menunggu untuk dikumpulkan dan dinilai oleh para dosenku yang mulia.

Tapi entah kenapa, rasanya nikmat sekali untuk membahas ini setelah meminum kopi petang tadi. Tenang, syahdu, tanpa berapi-api merupakan kunci. Tulisanku ini pun tidak mengarahkan pembaca untuk kemana mereka berarah. Aku menulis, kalian menilai.

Sebagai warga Jakarta yang menjadi titik pusat dari 212 ini, tentunya hal ini merupakan pembicaraan utama terutama setelah majelis taklim-majelis taklim selesai. Yang aku ketahui, memang kebanyakan dari alumni 212 merupakan jamaah-jamaah pengajian yang seringkali aku temui.

Entah di daerah sekitar kediamanku, atau majelis taklim-majelis taklim yang cukup besar di pusat Jakarta. Mereka pun tak berpartisipasi begitu saja. Seusai pengajian, mereka akan berdiskusi dengan para kyai yang memimpin majelis mereka masing-masing.

Bagi majelis taklim di Jakarta merupakan hal biasa untuk menghidangkan makanan dan meminum kopi bersama setelah pengajian usai. Kemudian apabila kyai tersebut mengizinkan, mereka baru bersedia untuk jalan. Tak jarang pula para kyai tersebut yang turun tangan untuk ikut serta bersama jamaahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun