Mohon tunggu...
Fatria MeilaniS
Fatria MeilaniS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Unknow

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030004

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Pandemi terhadap Karakter Anak

24 Juni 2021   19:56 Diperbarui: 24 Juni 2021   20:04 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seperti yang kita ketahui bahwa wabah Corona merupakan wabah yang bersifat global, bukan hanya Indonesia saja tetapi seluruh dunia pun terdampak oleh adanya Virus Covid-19. Terjadinya kasus Covid-19 berawal dari Wuhan, China yang terjadi pada akhir tahun 2019 tetapi dampak tersebut mulai terasa memasuki Indonesia diperkirakan pada bulan Maret ditahun 2020.

Ketika Covid-19 berkembang di Indonesia, dalam perjalanannya berdampak pada sektor-sektor kehidupan masyarakat dan sektor-sektor sendi dalam tata pemerintahan, dampaknya sangat meluas bukan hanya berdampak terhadap kesehatan tetapi juga berdampak pada ekonomi,  pendidikan, sektor-sektor usaha dan lain sebagainya. Sehingga, dimasa pandemi ini tidak semua Negara bisa dan mampu menanggulanginya, kebanyakan beberapa Negara mengalami penurunan keuangan karena sektor usaha tidak bejalan sebagiamana mestinya.

Dimasa pandemi, ada beberapa kebijakan Negara yang melakukan penutupan atau dikenal dengan sebutan lockdown, tentu ini bedampak pada sektor pertumbuhan ekonomi pada Negara yang bersangkutan.

Di Indonesia, pandemi ini mulai terasa dampaknya ketika memasuki bulan April-Mei ditahun 2020 pada saat itu, Covid-19 sudah mulai memasuki sendi-sendi tatanan kehidupan masyarakat dipenjuru nusantara. Pemerintah didalam menanggulangi hal tersebut tentu melakukan langkah-langkah cepat, diantaranya adalah mencegah kerumuman, kebijakan psbb, membatasi orang-orang untuk melakukan aktivitas yang melibatkan banyak massa dan lain sebaginya. Upaya mensosialisasikan protokol kesehatan pun digencarkan oleh pemerintah dengan menerapkan kebiasaan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Ketika Indonesia menerapkan kebijakan-kebijakan untuk memutus mata rantai Covid-19 maka seiring itu pula kebijakan tersebut berdampak pada sektor-sektor lainnya seperti halnya ekonomi yang juga terdampak dengan adanya pembatasan. Oleh karena itu, dampaknya sangat terasa disegala bidang baik itu otomotif, perdangangan dan lainnya. Walupun dimasa pandemi ini muncul juga industri-industri bisnis kreatif yang berbasis online. Tidak sedikit pula akibat pandemi usaha-usaha yang sifatnya manual dampaknya sangat begitu terasa, sehingga berdampak pada masalah sosial dan lainnya.

Begitupun didalam sektor pendidikan, pada saat memasuki bulan April tahun 2020 pemerintah sudah memutuskan kebijakan melalui Kemendikbud untuk melakukan pembelajaran alternatif dengan pembelajaran jarak jauh, didalam pembelajaran alternatif itu terjadi keterbatasan untuk bertatap muka. Sebetulnya pembelajaran jarak jauh ini hanya sebuah alternatif untuk mengisi ke vacuman pendidikan yang pada saat itu dilematis untuk dijalankan dimasa pandemi khususnya untuk pendidikan anak tingkat dasar.

Selanjutnya kali ini penulis ingin  menjelasakan dengan tertitik pada sebuah fokus yaitu bagaiamana sektor pendidikan dimasa pandemi, dengan pembahasan yang lebih jauh juga akan mengupas tentang pengaruh pandemi terhadap karatkeristik anak. Tentu ini menjadi persoalan yang memang perlu kita kaji dan kita dalami.

Dalam hal ini, ada beberapa hal yang menurut penulis ikut memberikan peran dalam karakteristik anak. Pertama, sistem pembelajaran jarak jauh ini kadang tidak dipahami secara utuh baik oleh orang tua ataupun guru. Sebetulnya, hakikat dari sistem pembelajaran jarak jauh yang sampai saat ini diterapkan oleh pemerintah yaitu bersifat alternatif, karena sesempurna apapun pembelajaran jarak jauh tetapi tidak akan seefektif ketika pembelajaran dilakukan dengan tatap muka.

Kemudian penulis memberikan perhatian atau titik tekan terhadap proses pembelajaran jarak jauh tentang pengaruhnya kepada anak- anak yaitu tidak semua guru mampu melakukan metode pembelajaran dengan cara jarak jauh. Dengan kata lain ketika seorang guru memberikan pekerjaan rumah kepada muridnya, terkadang mereka mungkin tidak memperhatikan kondisi psikologis anak dan orang tua dirumah, akibatnya hal ini yang menjadi dilematis bagi siswa karena tidak semua siswa dapat menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan tidak semua orang tua dapat membimbing anaknya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan guru. Sehingga ketika guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, timbul perselisihan psikologis antara anak dan orang tua, hal ini menimbulkan adanya bintik-bintik  yang dianggap buruk antara anak dan orang tua.

Kedua, dari sistem pembelajaran jarak jauh ini, ada juga orang tua yang belum siap menjadi guru bagi anak-anaknya, Ini dipicu dari akibat kekurang kreatifan atau miskinnya ide ide kreatif dari orang tua untuk memberikan pola asuh atau pola didik kepada anak dimasa pandemi,sehingga yang terjadi yaitu para orang tua lebih pandai melarang dan menyuruh daripada mengajak diskusi anak-anaknya. Hal ini juga bisa mengakibatkan sebuah titik jenuh yang mengakibatkan hubungan antara anak dan orang tua juga tidak baik sehingga berdampak pada karakteristik anak.  Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran jarak jauh dalam kacamata penulis dengan pola ketidaksiapan guru dengan metode pembelajaran jarak jauh dan ketidak siapan orang tua untuk menjadi guru bagi anak-anaknya. Maka ini akan membentuk sebuah karakteristik anak yang berbeda dari masa-masa normal.

Selanjutnya, anak lebih sering memegang gadget atau android dimasa pembelajaran jarak jauh seolah-olah bahwa ini menjadi sebuah legalitas anak untuk memegang atau mengoprasionalkan ponselnya lebih lama. Sampai saat  ini semua proses pembelajaran berasal dari ponsel, kemudian disela-sela kejenuhan anak terkadang solusi orang tua untuk menenangkannya dengan menggunakan ponsel juga menjadi solusinya. Padahal dalam pandangan penulis metode ini adalah sebuah metode yang tidak tepat, karena didalam ponsel itu ada beberapa hal-hal yang perlu dikontrol secara ketat oleh orang tua. Sehingga penulis berpikir memegang ponsel  lebih lama juga akan ikut memberikan andil dalam membentuk karakteristik anak. Dengan memegang ponsel maka biasanya anak lebih cenderung membuka imajinasi lebih luas karena didalam ponsel itu anak-anak bisa mengakses apa saja. Kemudian dengan ponsel itu anak-anak juga bisa melakukan komunikasi dan bisa mengekspresikan apa saja kepada teman-temannya ataupun yang lain. Dengan adanya media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp juga bisa menjadi pemicu bagi anak untuk melakukan interaksi negatif dengan teman-teman sebayanya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kontrol dari orang tua dan  akan berdampak negatif bagi anak. Sehingga penulis berpandangan bahwa ketika anak menggunakan ponsel lebih lama, maka akan mempengaruhi karakter dan sifat anak-anak yang ada di indonesia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun