Mohon tunggu...
Fatmi Andari
Fatmi Andari Mohon Tunggu... profesional -

Seorang hamba Allah, seorang istri dan juga seorang dokter.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Anak Diare: Jangan Panik

10 April 2014   18:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 8791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]

Ketika anak diare, kita sebagai orangtua tidak perlu panik. Sebab dengan pengetahuan yang cukup, orangtua dapat menentukan langkah tepat untuk merawat anak yang diare. Pemicu diare pada umumnya disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kurang bersih.Sehingga sangat wajar jika diare sering terjadi pada daerah yang padat penduduk dan kumuh. Selain itu, faktor gizi juga dapat menjadi penyebab. Faktor gizi  yang dimaksud adalah kebiasaan beberapa ibu yang sudah mulai memberikan makanan Pendamping ASI (ASI) sebelum bayi berusia enam bulan. Padahal pencernaan bayi yang berusia kurang dari 6 bulan masih belum siap menerima makanan selain ASI. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai bagaimana menjaga kesehatan anaknya. Perilaku ibu seperti sering tidak mencuci tangan saat menyiapkan makanan dan saat membuang tinja bayi juga meningkatkan kemungkinan timbulnya diare pada anak. kuman penyebab  diare masuk ke dalam tubuh anak melalui makanan dan minuman.

Anak dapat kita katakan mengalami diare akut apabila kita menjumpai dalam sehari anak buang air besar lebih dari tiga kali dengan perubahan bentuk tinja menjadi cair. Jika hal itu berlangsung kurang dari seminggu, disebut keadaan akut, sedangkan lebih dari itu sudah menjadi kronis. Semakin menjadi kronis maka semakin besar peluangnya untuk terjadi komplikasi seperti dehidrasi dan penyebaran kuman penyebab infeksi ke organ lainnya.

Apa saja penyebab diare?

Pada umumnya penyebab diare pada anak bermacam-macam, sedangkan sebagian besar disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, penggunaan antibiotik yang berlebihan dan alergi susu atau makanan.  Jika diare yang disebabkan oleh virus tidak segera ditangani, maka bisa terjadi tambahan infkesi oleh bakteri. bakteri sendiri dapat menyebabkan diare tanpa didahului virus. Jenis virus yang sering menginfeksi adalah rottavirus, sedangkan bakteri yang paling sering menyebabkan diare adalah e.coli. Selain bakteri dan virus, alergi terhadap zat makanan tertentu pun bisa terjadi. Yang paling sering adalah laktosa (gula susu). Beberapa bayi memiliki enzim laktase masih rendah atau masih belum terbentuk sempurna. Enzim laktase adalah enzim yang dibutuhkan untuk mencerna laktosa dalam susu bayi. Diare ini disebut lactose intolerance.  Beberapa antibiotik –jika penggunaannya tidak rasional seperti penggunaan berlebihan-- juga dapat menyebabkan diare. Antibiotik yang penggunaannya tidak rasional dapat membunuh bakteri baik dalam usus yang diperlukan tubuh untuk menjaga keseimbangan saluran pencernaan.

Kenapa diare pada anak harus mendapat kita perhatikan?

Anak yang diare mengalami dehidrasi. Dehidrasi merupakan komplikasi tersering dan memburuknya keadaan berlangsung begitu cepat. Dehidrasi adalah terjadi kekurangan cairan akibat banyaknya cairan yang keluar tidak diimbangi dengan cairan yang masuk.Padahal, anak yang diare biasanyarewel dan susah minum. Perlu diketahui bahwa komposisi terbesar tubuh pada anak adalah cairan sebanyak 75%. Angka ini lebih besar dibandingkan orang dewasa yang cairan tubuhnya sekitar 50%-60%. Ini yang menyebabkan anak lebih rentan terjadi dehidrasi daripada orang dewasa. Air adalah zat esensial (penting) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel. Jika terjadi dehidrasi, metabolisme tubuh terganggu sehingga kondisi anak memburuk.

Jika diare yang disebabkan kuman tidak segera kita tangani lebih lanjut, kuman akan menyebar menuju organ lain dan menimbulkan berbagai macam infeksi. Demam yang ditimbulkan oleh infeksi kuman dapat menyebabkan kejang karena metabolisme otak anak masih belum sempurna dalam menghadapi perubahan suhu tubuh.

Apa yang harus kita lakukan jika anak kita mengalami diare?

Bawalah segera anak Anda ke dokter! Dokter akan melakukan wawancara dan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menentukan penyebab dan beratnya diare. Saat wawancara dengan dokter hendaknya kita sebagai orang terdekat menceritakan seluruh urutan peristiwa sebelum dan saat diare. Keterbukaan kita dalam bercerita akan sangat membantu dokter. Dokter mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menentukan tindakan selanjutnya yang sesuai dengan keadaan anak.

Penanganan diare pada anak berbeda-beda sesuai dengan penyebabnya. Jika diare disebabkan oleh lactose  intolerance, dokter akan menyarankan agar orangtua menghentikan susu formula yang  mengandung kadar laktosa tinggi. Untuk selanjutnya, susu formula  diganti dengan susu dengan kadar laktosa rendah.  Susu ini susu dengan kadar laktosa rendah banyak tersedia di apotek atau rumah sakit terdekat, biasanya bertuliskan LLM.

Pada saat pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa derajat dehidrasi pada anak untuk menentukan perlu dirawat di rumah sakit atau boleh diobservasi di rumah. Pada awal diare yang belum mengalami dehidrasi, dokter biasanya membolehkan pasien dirawat dirumah. Hal itu dengan catatan, selama perawatan di rumah tidak terjadi komplikasi seperti anak menjadi tidak mau makan, diare yang tidak kunjung berkurang walau sudah diberi obat, anak muntah-muntah dan tidak mau minum atau anak menjadi gelisah dan turun kesadarannya. Jika hal ini terjadi anak harus segera dibawa kembali ke dokter untuk diberi penanganan lebih lanjut karena mungkinsudah mengalami dehidrasi.

Kapan kita harus waspada saat merawat anak diare di rumah?

Ketika anak dibolehkan dirawat di rumah, dokter akan menyampaikan beberapa tanda-tanda yang patut dijadikan perhatian bagi kita. Adapun tanda-tanda itu adalah sebagai berikut.

ØAnak menjadi rewel dan cengeng

ØAnak muntah-muntah setiap diberi cairan dan makanan

ØAnak menjadi sangat haus atau justru anak tidak mau minum

ØFrekuensi BAB  semakin sering disertai darah atau diare encer sekali seperti air cucian beras

Økulit anak ketika dicubit tidak segera kembali ke bentuk semula

Øubun-ubun anak menjadi cekung

ØAirmata anak berkurang atau bahkan tidak ada airmata saat menangis

Øbibir dan lapisan mukosa lainnya kering

Øtangan dan kaki menjadi dingin

Øanak tidak sadar atau koma

Ødemam tinggi

Økejang

Øterdapat bintik-bintik merah pada kulit

Jika kita menemukan gejala dan tanda tersebut, anak harus segera dibawa ke dokter untuk perawatan lebih intensif karena kemungkinan anak sudah mengalami dehidrasi atau komplikasi lainnya.

Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah diare pada anak datang lagi?

Hal yang patut kita ingat, penyebaran kuman penyebab diare adalah melalui fecal-oral, yaitu kuman masuk ke dalam tubuh anak melalui makanan dan minuman sehingga kita perlu mengawasi makanan dan minuman anak. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian setiap ibu untuk mencegah diare, diantaranya adalah sebagai berikut.

Ømenjaga kebersihan lingkungan

Ømencuci tangan sebelum memberikan makanan dan setelah membuang tinja anak

Ømembersihkan dengan sempurna bahan makanan dan peralatan makan anak

Ømengawasi anak ketika bermain, anak kecil cenderung memasukkan apa saja ke dalam mulutnya padahal apa yang dipegangnya belum tentu bersih

Øtidak memberikan makanan Pengganti ASI pada bayi sebelum berusia 6 bulan. Kecuali ASI tidak mencukupi, konsultasikan dengan dokter Anda mengenai makanan Pendamping ASI yang tepat.

Øberikan makanan yang bergizi kepada anak.

Øberikan kasih sayang terbaik Anda sebagai seorang ibu, karna hal itu meningkatkan kekebalan tubuhnya.

Indonesia secara iklim dan sosiogeografis memang memudahkan terjadi diare, namun jika kita –para ibu yang paling dekat dengan anak– memiliki pengetahuan yang memadai tentang diare pada anak dan cara penanganannya, tidak perlu ada yang dicemaskan.

Fatmi Andari, dr.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun