Dalam hening selepas sidang manaqosah,
ada ruang sunyi seluas sukma,
dengan pena jatuh di atas kertas,
menanti jejak huruf yang belum tertulis.
Pena meragu
"Apakah kata mampu menambal petualangan doa?"
Sementara kitab terdiam berkali lipat,
menyimpan bisik suci di sela tulisannya.
Di tengah jeda ini,
suaraku mulai menembus dinding kefakiran:
tasbih yang berderai di dada,
sehabis nafas panjang menunaikan janji kalam.
Aku mengangkat pena lembut
menuangkan rasa
syukur, kelegaan, dan seribu harapan,
yang terlontar dari setiap sujud terakhir.
Kitab menghela bisiknya halus
mengarahkan pena menyentuh makna
setiap garis bukan sekadar kata,
tapi pendar cahaya yang layak disyukuri.
Saat pena dan kitab berpeluk di halaman terakhir,
lahir syair yang bukan cuma goresan tinta
tapi gema hati,
yang kini siap melangkah kembali dengan hikmah baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI