Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Lebih Menyukai Murid Ekstrover

17 Desember 2022   11:09 Diperbarui: 17 Desember 2022   11:15 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru lebih menyukai murid Ekstrover.

Saya pernah membaca salah satu artikel English yang membahas tentang introvert dan saya pun ikut berkomentar. Kurang lebihnya begini komentar saya,

"Many introverts try hard to be extrovert when they are in a community. However it absorbs so much energy, but they still do it, because they know that socializing is important. That's why they risk their life to pretend being an extrovert, because it's worth it someday. Personality is hard to change."

Saya menulis 'risking their life' itu dalam konteks bahwa introver benar-benar berjuang ketika berada dalam sebuah komunitas. dan tentunya secara maknawiyah ini berbeda dengan para ekstrover yang mudah bergaul.

Sebagai mahasiswa introver, saya mengakui bahwa bersosialisasi sangat melelahkan. Bertemu orang baru, bahkan tersenyum juga melelahkan. Bukan berarti saya gak mau ramah tamah, hanya saja ekspresi normal saya biasanya datar dan jarang senyum. Tersenyum kalau gak ada yang bikin saya senyum itu udah paling effort banget. Tetapi saya menantang diri saya sendiri dengan aktif organisasi , ikut lomba, kompetisi, beasiswa dan kegiatan yang membutuhkan banyak banget sosialisasi. Awalnya canggung dan sampai sekarang pun masih canggung, karena kepribadian itu sulit diubah. Tetapi cukup membakar mental, mengubah insight dan memperbaiki diri.

Fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial tidak terbantahkan. Introver sendiri ada beberapa jenisnya, ada yang introver ekstrem dan introver ambivert. Sesuai judulnya, sebelum kemana-mana, saya akan membahas menurut pengalaman saya sendiri bahwa guru tidak menyukai murid introver adalah real. Saya sekolah 12 tahun, ditambah dengan jenjang perkuliahan, anak introver biasanya malu mengungkapkan pendapat dan tidak aktif, sehingga guru dan dosen tidak menyukainya dan lebih ekstrem-nya akan berakhir memberikan nilai pas-pasan.

Apakah itu salah guru? Tentu saja bukan. Di tulisan ini, saya tidak berniat menyalahkan guru. Saya sendiri berusaha keras untuk bersosialisasi ya karena awalnya saya ingin di notice orang, ingin di notice kemampuan saya, ingin di notice bapak ibu guru kalau saya ada. Bukan narsis atau cari muka, melainkan notice bagi introver disini memiliki arti yang lebih dalam. Yaitu keinginan untuk dihargai keberadaannya.

Jika subjeknya adalah mahasiswa, mungkin ada banyak yang tipe introver ambiver seperti saya. Namun bagaimana dengan remaja yang masih sekolah? Introver yang ekstrem, rasa malu yang entah datang dari mana seolah merayapi tubuh mereka, padahal tidak melakukan hal yang memalukan ataupun kejahatan, tapi kenapa mereka setidak percaya diri itu?

Anak introver sendiri tidak tahu mengapa mereka sangat tertutup dan malu mengungkapkan pendapatnya. Alasannya tentu sangat beragam.

Dear teachers... who often love extrovert students more than introverts students, percayalah... meskipun kamu mengajak mereka berbicara atau face to face sekali saja...sekali saja... dan kelihatannya seperti tidak ada perubahan apapun, sebenarnya itu adalah pemantik awal buat mereka. Saya mengatakan ini karena saya mengalaminya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun