Mohon tunggu...
Muhammad Fatkhuri
Muhammad Fatkhuri Mohon Tunggu... -

follow me at twiter, @fatur_fatkhuri

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menimbang Dukungan Parpol di Pilkada DKI Putaran 2

4 Maret 2017   09:57 Diperbarui: 5 Maret 2017   14:00 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil rekapitulasi Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI telah resmi diumumkan oleh KPU DKI. Hasil rekapitulasi menempatkan pasangan Ahok-Djarot diposisi pertama dengan perolehan 42,99%, Anis-Sandi 39,95% dan Agus-Silvi 17,06%. Hasil ini tidak mengagetkan sebab berbagai Lembaga Survei sesaat setelah penghitungan suara di masing-masing TPS juga telah merilis hasil quick count dengan perolehan tertinggi pada pasangan calon (paslon) Ahok-Djarot. Hasil hitung cepat Pollmark misalnya menempatkan pasangan Ahok-Djarot diposisi pertama dengan perolehan 42,27%, Anis-Sandi 39,77%, dan Agus-Sivy 17,96%, sementara Lembaga Survei lain juga merilis hasil yang tidak jauh berbeda. 

Dengan hasil tersebut, hampir dapat dipastikan Agus-Silvy tidak dapat melaju ke putaran kedua karena perolehan suaranya diposisi buncit. Sementara ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dalam pasal 11 ayat (1) dinyatakan bahwa Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih; dan dalam pasal 11 ayat 2 disebutkan bahwa dalam hal tidak ada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diadakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur putaran kedua yang diikuti oleh pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua pada putaran pertama. Dengan ketentuan tersebut maka yang berhak maju pada putaran kedua adalah Ahok-Djarot vs Anis-Sandi.

Partai Islam gamang

Dengan hadirnya dua paslon, Pilkada putaran kedua bakal semakin menarik untuk dinanti. Bukan hanya karena Pilkada DKI telah menyedot perhatian publik sedari awal bergulirnya Pilkada ini, akan tetapi head to headantara paslon Ahok-Djarot vs Anis-Sandi dapat semakin memanaskan suhu politik. Panasnya suhu politik tersebut salah satunya diakibatkan karena semakin gencarnya paslon dan pengusungnya untuk menarik dukungan pemilih. Pada saat bersamaan, posisi Partai pendukung Agus-Silvy di putaran pertama terutama partai-partai Islam menjadi faktor determinan yang dapat memberikan kontribusi besar bagi kemenangan paslon yang akan melaju ke putaran kedua. Dukungan partai-partai tersebut tentu sangat dinantikan oleh kedua paslon baik Ahok-Djarot maupun Anis-Sandi.

Berbicara arah dukungan parpol, sampai dengan saat ini, parpol yang mengusung Agus-Silvy yaitu Demokrat, PPP, PKB, dan PAN sebagai partai Islam belum secara resmi menentukan arah dukungan. Publik pun dibuat penasaran, kemana kira-kira arah dukungan 4 parpol pendukung Agus-Silvy akan berlabuh? Menganalisa arah dukungan 3 partai politik pendukung Agus-Silvy (PPP, PKB, dan PAN) barangkali jauh lebih mudah ketimbang Demokrat. Dalam analisa saya, PKB, PPP,  dan PAN memiliki peluang untuk mengarahkan dukungannya baik ke Ahok maupun ke Anis. 

Sedangkan Demokrat, ada kemungkinan mendukung Anis, tetapi sebaliknya tidak mungkin mendukung Ahok, atau bahkan tidak memberikan dukungan terhadap keduanya. Kecilnya peluang Demokrat mendukung Ahok-Djarot dikarenakan figur SBY yang selama ini “dikesankan” memiliki hubungan kurang harmonis dengan Megawati, sementara PDIP menjadi pengusung utama pasangan Ahok-Djarot.

Sebagaimana diuraikan di atas, sampai dengan saat ini, parpol pendukung Agus-Silvi belum secara resmi menyatakan dukungan ke salah satu kubu baik Ahok-Djarot maupun Anis-Sandi. Namun, manuver dari beberapa elit parpol di tingkat lokal memberikan sinyal adanya kemungkinan dukungan terhadap Anis-Sandi dalam Pilkada putaran kedua.  

Contoh yang paling nyata munculnya pernyataan dukungan dari DPC PKB Jakarta Barat dan Jakarta Utara terhadap pasangan Anis-Sandi. Bahkan, beberapa pengurus DPC PKB Jakarta Selatan sebagaimana ramai diberitakan sudah lebih dulu mendukung Anis-Sandi sejak putaran pertama dilaksanakan. Setali tiga uang, di kubu PPP juga mengalami dinamika yang hampir serupa dengan PKB, dimana suara arus bawah tampaknya lebih memilih Anis-Sandi ketimbang Ahok-Djarot. Munculnya pemberitaan tentang dukungan dari 5 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP se-Jakarta untuk Anies Baswedan-Sandi merupakan sinyal kuat bahwa arah dukungan PPP kemungkinan besar akan diberikan untuk Anis ketimbang Ahok. 

Demikian halnya dengan PAN, yang kemungkinan besar juga akan memberikan dukungan terhadap Anis-Sandi daripada Ahok-Djarot. Dukungan beberapa elit parpol (PKB, PPP, dan mungkin juga PAN) di tingkat lokal terhadap Anis-Sandi umumnya berangkat dari suara arus bawah, yang menginginkan figur pemimpin baru, figur yang berlatarbelakang Islam, dan figur yang santun. Melihat dinamika tersebut, pertanyaannya adalah, apakah suara elit parpol pendukung Agus-Silvy di tingkat lokal yang mulai mengarahkan dukungan ke Anis-Sandi berkorelasi positif terhadap dukungan elit parpol di tingkat nasional? Jawabannya belum tentu.

Peluang Ahok-Djarot

Jika menilik perolehan suara Ahok-Djarot yang unggul dibanding Anis-Sandi, masih ada kemungkinan kans bagi Ahok-Djarot memperoleh dukungan dari parpol pendukung Agus-Silvy, kecuali Demokrat. Selain karena 3 Parpol (PKB, PPP dan PAN) saat ini menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi-JK, keputusan parpol menjatuhkan pilihan tentu harus dengan dasar yang kuat, salah satunya melihat peluang kemenangan (opportunity to win). Bagaimanapun, dukungan yang diberikan parpol pada paslon akan mempertimbangkan seberapa besar peluang yang dimiliki paslon untuk menang. 

Kemenangan Ahok-Djarot  pada putaran pertama dapat menjadi nilai jual paslon ini atau bargaining posisition bagi pendukung paslon Ahok-Djarot untuk meyakinkan parpol pendukung Agus-Silvy agar mau memberikan dukungan. Diakui atau tidak, keunggulan dalam perolehan suara pada putaran pertama bisa saja memiliki bandwagon effect bagi pemilih. Bandwagon effect adalah efek psikologis pemilih, yang ikut memilih karena kecenderungan suara mayoritas mendukung calon yang potensial menang. Pemilih yang awalnya belum menentukan pilihan, golput pada putaran pertama, atau sebelumnya menjadi pemilih Agus-Silvy, memiliki peluang untuk ikut ambil bagian untuk memilih paslon yang sebelumnya unggul.

Fenomena bandwagon effectini juga terjadi ketika Pilkada DKI 2012. Publik tentu masih ingat hasil Pilkada DKI tahun 2012, di mana saat itu perolehan hasil Pilkada putaran pertama yang diikuti oleh 6 paslon dimenangkan oleh Jokowi-Ahok dengan persentase  42,60%, dan diurutan Kedua Foke-Nara memperoleh 34,05%. Pada putaran pertama, Jokowi-Ahok hanya didukung oleh 2 partai yaitu PDIP dan Gerindra, sedangkan Foke-Nara didukung oleh 7 partai yaitu PD, PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB, dan PKNU. Hasil Putaran Kedua konsisten menempatkan Jokowi-Ahok diurutan pertama dengan perolehan  53,82% dan Foke-Nara 46,18%. 

Kemenangan Jokowi-Ahok pada putaran pertama bisa saja karena faktor underdog effect, di mana Jokowi-Ahok diprediksi akan kalah menurut hampir semua lembaga survei, akan tetapi kemenangan putaran kedua tidak bisa dilepaskan dari perolehan suara pada putaran pertama yang mengungguli paslon Foke-Nara. Dari realitas politik seperti ini, dapat dikatakan bahwa keunggulan pada putaran pertama dapat menjadi nilai positif bagi Ahok-Djarot untuk menarik dukungan parpol pendukung agus-Silvy seperti PKB, PPP dan PAN.

Namun, penting dicatat bahwa peluang kedua paslon baik Ahok-Djarot maupun Anis-Sandi untuk memenangkan pilkada putaran kedua sama besarnya. Meskipun diterpa isu etnik dan agama yang begitu masif, Ahok-Djarot memiliki basis pemilih yang cukup solid, yang umumnya adalah pemilih rasional. Pundi-pundi suara Ahok-Djarot dapat bertambah jika mampu menggait swing voters,orang-orang yang sebelumnya golput, serta pemilih pemula yang sebelumnya menjadi bagian dari pemilih kubu Agus-Silvy. Pada titik inilah sebenarnya bandwagon effect dapat bermain. 

Pada saat yang sama, Anis-Sandi juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Mengalirnya banyak dukungan dari beberapa elit partai pendukung Agus-Silvy di tingkat lokal serta beberapa kelompok masyarakat yang memiliki basis masa baik secara kultur maupun agama dapat menambah amunisi bagi Anis-Sandi untuk menatap putaran kedua dengan konfiden. Kita masih menanti, kemana arah dukungan parpol pendukung agus-silvy terutama parpol-parpol Islam akan menjatuhkan pilihan, apakah ke Ahok-Djarot atau Anis-Sandi?   

Fatkhuri

Dosen FISIP UPN Veteran Jakarta/

Wakil Ketua Pusat Kajian Bela Negara dan Pengembangan Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun