Mohon tunggu...
Muhammad Fatkhuri
Muhammad Fatkhuri Mohon Tunggu... -

follow me at twiter, @fatur_fatkhuri

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menimbang Dukungan Parpol di Pilkada DKI Putaran 2

4 Maret 2017   09:57 Diperbarui: 5 Maret 2017   14:00 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemenangan Ahok-Djarot  pada putaran pertama dapat menjadi nilai jual paslon ini atau bargaining posisition bagi pendukung paslon Ahok-Djarot untuk meyakinkan parpol pendukung Agus-Silvy agar mau memberikan dukungan. Diakui atau tidak, keunggulan dalam perolehan suara pada putaran pertama bisa saja memiliki bandwagon effect bagi pemilih. Bandwagon effect adalah efek psikologis pemilih, yang ikut memilih karena kecenderungan suara mayoritas mendukung calon yang potensial menang. Pemilih yang awalnya belum menentukan pilihan, golput pada putaran pertama, atau sebelumnya menjadi pemilih Agus-Silvy, memiliki peluang untuk ikut ambil bagian untuk memilih paslon yang sebelumnya unggul.

Fenomena bandwagon effectini juga terjadi ketika Pilkada DKI 2012. Publik tentu masih ingat hasil Pilkada DKI tahun 2012, di mana saat itu perolehan hasil Pilkada putaran pertama yang diikuti oleh 6 paslon dimenangkan oleh Jokowi-Ahok dengan persentase  42,60%, dan diurutan Kedua Foke-Nara memperoleh 34,05%. Pada putaran pertama, Jokowi-Ahok hanya didukung oleh 2 partai yaitu PDIP dan Gerindra, sedangkan Foke-Nara didukung oleh 7 partai yaitu PD, PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB, dan PKNU. Hasil Putaran Kedua konsisten menempatkan Jokowi-Ahok diurutan pertama dengan perolehan  53,82% dan Foke-Nara 46,18%. 

Kemenangan Jokowi-Ahok pada putaran pertama bisa saja karena faktor underdog effect, di mana Jokowi-Ahok diprediksi akan kalah menurut hampir semua lembaga survei, akan tetapi kemenangan putaran kedua tidak bisa dilepaskan dari perolehan suara pada putaran pertama yang mengungguli paslon Foke-Nara. Dari realitas politik seperti ini, dapat dikatakan bahwa keunggulan pada putaran pertama dapat menjadi nilai positif bagi Ahok-Djarot untuk menarik dukungan parpol pendukung agus-Silvy seperti PKB, PPP dan PAN.

Namun, penting dicatat bahwa peluang kedua paslon baik Ahok-Djarot maupun Anis-Sandi untuk memenangkan pilkada putaran kedua sama besarnya. Meskipun diterpa isu etnik dan agama yang begitu masif, Ahok-Djarot memiliki basis pemilih yang cukup solid, yang umumnya adalah pemilih rasional. Pundi-pundi suara Ahok-Djarot dapat bertambah jika mampu menggait swing voters,orang-orang yang sebelumnya golput, serta pemilih pemula yang sebelumnya menjadi bagian dari pemilih kubu Agus-Silvy. Pada titik inilah sebenarnya bandwagon effect dapat bermain. 

Pada saat yang sama, Anis-Sandi juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Mengalirnya banyak dukungan dari beberapa elit partai pendukung Agus-Silvy di tingkat lokal serta beberapa kelompok masyarakat yang memiliki basis masa baik secara kultur maupun agama dapat menambah amunisi bagi Anis-Sandi untuk menatap putaran kedua dengan konfiden. Kita masih menanti, kemana arah dukungan parpol pendukung agus-silvy terutama parpol-parpol Islam akan menjatuhkan pilihan, apakah ke Ahok-Djarot atau Anis-Sandi?   

Fatkhuri

Dosen FISIP UPN Veteran Jakarta/

Wakil Ketua Pusat Kajian Bela Negara dan Pengembangan Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun