Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terkadang, Aku (Tidak) Menyesali Sebuah Pertemuan

30 Januari 2021   04:56 Diperbarui: 30 Januari 2021   04:59 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari Hipwee.com

Iya. Ketika aku telah merasakan pertemuanku denganmu begitu hangat, tiba-tiba bayangan akan kehilangan dan perpisahan denganmu bergelayut menghantui pikiranku. Bahkan, waktu tidak tahu waktu. Ia dengan seenaknya sendiri tertawa ketika aku mulai ditimpuk resah dan gelisah.

"Kenapa sih aku harus bertemu denganmu, kenapa waktu mempertemukan kita secepat ini!"

Ketika aku menyesali sebuah pertemuan, aku dihantui rasa kecewa. Aku kecewa dengan waktu, bahkan aku kecewa dengan dirimu pula. Aku seperti tidak terima jika ternyata seorang kamu memilih pergi ketika sebuah pertemuan berhasil menumbuhkan benih-benih harapan.

Dan aku kecewa dengan harapku sendiri. Kamu tahu kenapa? Itu hanya gara-gara sebuah pertemuan yang menjengkelkan itu. Aku tidak akan berharap seperti itu jikalau pertemuan itu tak pernah terjadi. Pedih dan perih rasanya.

Aku menyesal, sungguh!

-Ketika Aku Tidak Menyesali Sebuah Pertemuan-

Ketika aku berusaha tidak menyesali sebuah pertemuan, aku menemukan benih-benih ketenangan. Memang benar bahwa setiap pertemuan memiliki alasannya sendiri meskipun belum kuketahui apa rahasia dibalik itu semua.

Tidak ada sebuah pertemuan yang terjadi terlalu cepat atau terlalu lambat. Semuanya sudah sesuai jadwal. Pertemuanku denganmu sudah menjadi salah satu bagian dari skenario Tuhan. Dan skenario Tuhan selalu memberikan kebaikan, bukan?

Memang aku masih saja bertanya-tanya tentang mengapa Tuhan mempertemukan kita. Ketika tiba-tiba pertanyaan itu muncul, aku selalu menghadirkan jawaban bahwa sesungguhnya Tuhan ingin memberikanku banyak pembelajaran hidup, salah satunya adalah jangan pernah menaruh harap pada seseorang yang aku temui.

Ketika sebuah pertemuan menghadirkan ketertarikan, di situlah hati manusia sedang diuji. Tidak pernah menaruh harap adalah kunci utama agar aku tak pernah menyesalinya. Ya, meskipun sebenarnya itu susah dan sulit sekali.

Ketika aku tidak menyesali sebuah pertemuan, aku menyadari bahwa aku hanya makhluk ciptaan Tuhan yang kerdil. Nyatanya, pengetahuanku akan misteri Tuhan tak lebih dari sekedar debu-debu yang beterbangan. Takada daya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun