Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waktu dan Temu di Balik Pandemi

30 April 2020   06:40 Diperbarui: 30 April 2020   06:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini dunia sedang menangis, bumi sedang terisak, lautan dan daratan sedang berusaha menghapus air mata yang terus mengalir seolah tak akan mau terhenti, hewan dan tumbuhan yang  tak tahu menahu sedang berusaha tetap tegar dengan kacaunya keadaan, manusia pun sedang dihebohkan dengan makhluk kecil tak kasat mata namun sungguh mematikan katanya. Lalu entah diatas sana, apakah malaikat turut menangis atau bahkan menertawakan dunia...????

Aku tak mengerti dengan keadaan ini, yang aku tahu bumiku sedang dilanda pandemi, virus mematikan yang melanda hampir di seluruh negeri. Manusia dihimau untuk di rumah saja, sehingga seolah temu menjadi barang mahal, waktu yang telah terlewat menjadi seolah tersesalkan.

Di tengah pandemi ini banyak mengajarkanku tentang betapa berharganya waktu dan juga temu.

Aku ingin menangis ketika seharusnya aku dapat memeluk sahabat, bersalaman dengan segala jenis modelnya, bercengkrama dengan saling dorong dan gelak tawanya. Ah aku rindu itu....

Aku ingin menangis ketika seharusnya aku dapat bertemu teman-teman  seperjuangan di bangku-bangku kampus, saling lempar pertanyaan dan jawaban,  mendengar penjelasan para dosen, mencium tangan-tangan beliau dengan tawadhu. Ah aku rindu itu....

Aku ingin menangis ketika seharusnya aku dapat bertemu banyak orang, mengenal mereka dengan segala jenis karakternya, mengambil seribu pelajaran dari berbagai ilmu kehidupan di dunia luar. Ah aku rindu itu...


Aku ingin menangis ketika seharusnya aku bisa jalan-jalan bareng temen, makan bareng, menjelajah bumi Allah meski tak jauh, membeli jajanan di pedagang kaki lima, turut meramaikan majelis meski tak selalu. Ah aku rindu itu....


Aku ingin menangis ketika seharusnya aku dapat merayakan bulan puasa ini dengan gembira, melewati siang hari bersama kawan dengan mengkaji dan mengaji, tadarus sore di musholla dengan godaan takjilnya, momen buka bersama dan bagi takjil yang setiap hari rame dibahas dimana-mana, antri dari mulai grup masih bayi sampe segedhe ini. Ah aku rindu itu...

Aku ingin menangis ketika seharusnya aku dapat mengajar anak-anak kecil, bertemu mereka dengan segala keluguannya, mengajar mengeja huruf demi huruf, mengenalkan Allah dengan segala ciptaannya. Ah aku rindu itu....

Aku rindu semuanyaa...
Namun aku tak mengerti, apabila pandemi ini berakhir, apakah keadaan akan seperti yang aku rindukan. Apakah keadaan akan kembali seperti sedia kala. Apakah keadaan akan sama seolah pandemi ini tak pernah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun