Mohon tunggu...
Fatimah Bilqis
Fatimah Bilqis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014 | Pecinta black coffee and tea | hanya seorang perempuan yang suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Eksotisme Pantai Ngrumput dan Bukit Kosakora

5 Januari 2016   15:20 Diperbarui: 5 Januari 2016   16:04 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah karena akupun juga mendapat bisikan untuk pergi ke Bukit kosakora dari internet, aku pun mengalami dua hal itu sekaligus. Pertama yang kurasakan adalah kecewa, karena bukit Kosakora yang kulihat di foto-foto instagram tidak secantik aslinya. Yang kulihat dan kukira, bukit Kosakora itu luas, hijau, sepi, dan adem. Namun ketika aku kesana, ternyata tempatnya tidak terlalu luas, rumput-rumput hijau pun hilang, entah itu karena musim panas atau karena hujan belum turun. Yang awalnya kukira sepi, namun ternyata ramai dan banyak pengunjung. Mulai dari emak-emak, traveller sejati, photographer, hingga tak ketinggalan para alayers. Mungkin Karena banyak pengunjung yang datang itulah sampai ada warung diatas sana. Ibuk yang punya warung menjual berbagai makanan dan minuman hingga menyediakan keperluan camping. Disana juga ada ayun-ayunan, yang disewakan dengan tarif 5000-10000 tiap orang. Wow, semakin komersil lah tempat wisata ini.

Akhirnya kami istirahat ditikar yang disediakan ibuk yang punya warung. Sambil makan berbagai bekal yang dibawa dan ngobrol asyik dengan teman serta ibuk pemilik warung. Kami menanti matahari agak rendah untuk berfoto-foto dan turun ke Pantai Ngrumput menikmati pesona bibir pantainya.

 

[caption caption="perjalanan pulang"]

[/caption]

Akhirnya pukul 4 sore kami semua turun kebawah. Awalnya kami ingin menikmati sunset, tapi karena matarahari tenggelam pukul 6 lebih kami memutuskan untuk segera pulang saja karena takut kemalaman dijalan. Kali ini kami sengaja mengambil jalan pulang melalui bibir pantai menuju kearah Pantai Drini. Nah perjalanan pulang inilah yang membuatku berpikir bahwa tempat wisata yang kutuju lebih menarik dari apa yang diceritakan di media sosial dan apa yang kulihat difoto. Karena saat perjalanan turun melalui bibir pantai menuju pantai Drini, kami menemukan hal-hal yang menyenangkan dan pemandangan yang sangat mempesona.

[caption caption="keindahan ketika air surut"]

[/caption]

 

 

[caption caption="Awas! batunya tajam"]

[/caption]

Karena sudah sore, air sedang surut dan kami bisa melewati bibir pantai yang dipenuhi dengan bebatuan tajam, rumput laut, dan aneka hewan laut. Sangat disarankan untuk tetap memakai sandal ketika lewat dibibir pantai agar kaki tidak terluka. Sepanjang perjalanan, pemandangan sore sangat indah dan cahaya matahari kekuningan merefleksikan tebing-tebing yang kokoh di permukaan air. Para pemancing juga turun ke bibir pantai untuk mencari tangkapan ikan. Andai saja aku tidak terburu-buru, aku ingin ikutan mancing disana, pikirku. Kami terus mempercepat langkah dan kira-kira butuh waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai di Pantai Drini. Setelah sampai, kami membersihkan tangan dan kaki kemudian langsung pulang menuju kota Jogja.

Sebuah perjalanan yang tak akan kulupakan. Dan ternyata dua orang temanku yang sempat ngomel tadi juga merasa senang dan puas dengan perjalanan kali ini. Meskipun lelah dan menempuh perjalanan yang jauh, namun terbayarkan dengan pemandangan indah dan momen bersama orang terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun