Mohon tunggu...
Fatimah Salsabila
Fatimah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai komedi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Komodifikasi Karakter Kobo Kanaeru sebagai Vtuber Hololive

19 Desember 2022   22:48 Diperbarui: 19 Desember 2022   22:52 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah melalui perkembangan zaman, manusia saat ini telah memasuki era yang disebut sebagai post-fordisme, yaitu era pasca-modernisasi. Perbedaan yang paling terlihat dari kedua zaman ini adalah proses produksinya. Apabila era fordisme (modern) proses produksi lebih cenderung menekankan pada kuantitas produksi, maka post-fordisme lebih menekankan pada produk yang unik. Produk tersebut juga diharapkan dapat memuaskan gaya hidup dan cita rasa konsumen (Suyanto, 2013). Alasan di balik hal ini adalah konsumen yang sudah tidak dapat lagi terpuaskan dengan jumlah komoditi yang dapat mereka konsumsi.

Dengan adanya keinginan untuk mendapatkan barang yang unik, tetapi juga dapat memuaskan gaya hidup, pada akhirnya mendorong para produsen untuk membuat inovasi-inovasi serta mengefisiensikan proses produksi mereka. Salah satu contoh dari hal ini adalah kemunculan teknologi, seperti internet, komputer, telepon pintar, dsb. Konsekuensi lainnya dari keinginan yang tak akan pernah terpuaskan ini adalah keinginan yang semakin beragam terhadap industri hiburan.

Demi menjawab keinginan konsumen mereka, industri hiburan pun memikirkan segala cara dalam memikat penonton. Selain itu, ada juga kepentingan untuk meluaskan pangsa pasar. Hal inilah yang melandaskan terbentuknya agensi Hololive. Hololive merupakan sebuah agensi yang berasal dari Jepang yang menaungi Vtuber dari beberapa negara, salah satunya Indonesia. Vtuber atau yang dikenal sebagai Virtual Youtuber merupakan istilah yang sering digaungkan pada era disrupsi ini. Ciri khas dari Vtuber adalah mereka menyamarkan wajahnya dan menggantikannya dengan karakter anime mereka sendiri. Hal yang dilakukan para Vtuber ini beragam, seperti menyanyi, menari, menghibur para penonton, hingga bermain game komputer.

Di setiap siaran langsung mereka, Hololive memberikan kesempatan bagi para penggemar Vtuber mereka untuk "me-request" sesuatu. Tentunya hal ini berbayar dan disebut sebagai "donasi". Permintaan yang dikirimkan oleh para penggemarnya bermacam-macam, seperti bernyanyi sebuah lagu yang spesifik, mengatakan sebuah kalimat, menjawab pertanyaan, dan sebagainya sesuai kehendak penggemar.

Salah satu Vtuber yang cukup terkenal dari Hololive di berbagai negara adalah Kobo Kanaeru yang berasal dari Indonesia. Kepopuleritasan Kobo menurut beberapa orang, disebabkan oleh ciri khasnya yang periang dan tidak jaim (jaga image). Dari citranya yang kuat ini, akhirnya Kobo memiliki banyak penggemar setia, termasuk penggemar internasional. Hal ini juga didukung oleh Kobo yang fasih empat bahasa, yaitu Jepang, Mandarin, Inggris, dan tentunya Indonesia. Semua faktor di atas membuat Kobo disayangi oleh penggemarnya, terutama cara dia memperlakukan penggemarnya yang sangat baik juga menjadi nilai tambahan.

Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa Kobo Kanaeru merupakan salah satu fenomena ketika aktivitas manusia yang tidak memiliki nilai jual diubah dengan sedemikian rupa menjadi barang yang bisa diperjualbelikan. Hal ini dikenal juga sebagai fenomena komodifikasi.

Basis utama dari kanal Youtube Kobo Kanaeru adalah siaran langsung ketika dirinya bermain game. Hal ini berarti penonton setia Kobo memiliki ketertarikan pada menonton Kobo bermain. Namun, ketika kita pikirkan lagi jauh sebelum Youtube populer, masyarakat cenderung lebih menyukai berinteraksi langsung dengan permainan, sampai rela mengantre di warnet atau tempat rental PS. Apabila menempatkan diri dengan pola pikir pada masa itu, kita akan berpikir untuk apa menonton seseorang bermain game jika bisa bermain sendiri? Dari peristiwa ini dapat diketahui bahwa telah ada pergeseran kultural yang terjadi di masyarakat dan juga terciptanya produk ekonomi baru, yaitu menonton aktivitas seseorang bermain game.

Disebabkan oleh era post-fordisme yang menuntut produsen tidak hanya membuat produk yang memiliki manfaat dan mudah didapatkan di pasaran, tetapi juga memaksa mereka untuk mengeluarkan produk yang memiliki keunikan, bentuk yang menarik, dan atraktif. Satu hal yang paling penting lainnya dari tuntutan konsumen pada produsen adalah produk yang dihasilkan harus bisa memuaskan gaya hidup mereka dan juga status (Suyanto, 2013).

Cerminan dari paragraf atas adalah semakin banyaknya Vtuber atau youtuber yang membuat segmen-segmen khusus di kanal Youtube mereka demi memuaskan keinginan konsumen yang tidak akan pernah terpuaskan (ciri dari era post-fordisme). Hal ini pun juga dilakukan oleh Kobo Kanaeru dalam memenuhi permintaan pasar, dia memiliki beberapa segmen selain siaran langsung untuk bermain game, yaitu KOBOO (segmen cerita horor), segmen Free talk, serta Karaoke.

Pada umumnya, ketika seseorang terpapar dengan sebuah produk budaya dengan cukup sering, dalam kasus ini produk dari Kobo Kanaeru, akan cenderung memunculkan sebuah pemujaan yang dikenal sebagai fetishism. Fetish di dalam istilah antropologi merupakan objek material yang dipercayai memiliki sebuah kekuatan supernatural. Kekuatan itu diyakini dapat melindungi atau membantu pemiliknya. Namun, dalam konteks ini, fetishism yang dimaksud adalah keinginan yang sangat besar dari seseorang untuk memiliki suatu benda.

Dalam konteks ini, benda tidak lagi dimaksudkan seperti sebagaimana yang kita pikirkan. Karena adanya komodifikasi inilah aktivitas-aktivitas yang tadinya tidak memiliki nilai, berubah menjadi komoditi yang bisa diperjualbelikan. Hal ini bisa dilihat dari penonton Kobo Kanaeru yang dengan rela mengeluarkan uang (donasi) hanya untuk berinteraksi dengan idola mereka. Padahal, interaksi merupakan proses sosial yang normal, tetapi menjadi berbeda makna ketika sudah mengalami komodifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun