Mohon tunggu...
Fatima Aulia Khairani
Fatima Aulia Khairani Mohon Tunggu... Dokter - Seorang ibu dan dokter spesialis kulit dan kelamin, yang selalu berkhayal dan bermimpi menjadi penulis.

Those who wish to sing, will always find a song. Those who wish to dream, will always find a way. IG: @drfatimauliaspdv @fatimauliakhairani

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Jamur Pada Kuku dan Pencegahannya

1 Agustus 2020   11:33 Diperbarui: 1 Agustus 2020   12:35 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamur Kuku (sumber gambar: DermNetNZ.org)

     Jamur pada kuku (onikomikosis) merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan di masyarakat. Meskipun tidak berbahaya dan tidak mengancam jiwa, tetapi tentunya penyakit ini dapat mengganggu karena kuku menjadi rusak dan tidak enak dipandang. Sebelum mengenal lebih jauh mengenai pencegahannya, mari kita kenali dulu apa gejalanya.

Siapa yang dapat terkena jamur kuku?

     Siapa saja bisa terkena jamur kuku, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Namun, infeksi jamur pada kuku umumnya lebih sering mengenai orang di atas usia 60 tahun (20%) dan di atas 70 tahun (50%). Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada orang dengan penyakit kencing manis (diabetes mellitus), gangguan sistem imun, dan gangguan pembuluh darah perifer. Selain itu, faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risiko terkena infeksi jamur pada kuku yaitu:

  • Trauma pada kuku, trauma ini bisa disebabkan karena pemakaian sepatu yang terlalu ketat misalnya;
  • Penggunaan fasilitas umum bersama seperti bath tub, kolam renang, fasilitas olahraga, yang memungkinkan terjadinya penularan jamur dari seseorang ke orang lain;
  • Pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air; misalnya seorang pedagang yang sering mencuci atau merendam daging;
  • Jamur pada kulit kaki.

Gejala jamur pada kuku

     Gejala penyakit jamur pada kuku dapat bermacam-macam, seperti kuku menebal, rapuh, rusak, maupun berubah warna. Gejala juga dapat disertai dengan terpisahnya lempeng kuku dari bantalan kuku (onikolisis), atau peradangan pada kulit di sekitar kuku (paronikia). Penyakit jamur pada kuku, umumnya lebih sering mengenai kuku kaki daripada kuku tangan. Hal ini disebabkan karena trauma (misalnya tekanan sepatu) lebih banyak terjadi pada kuku kaki. 

     Seorang dokter biasanya akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyakit jamur pada kuku. Pemeriksaan ini dilakukan sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang menyerupai jamur pada kuku, misalnya psoriasis, onikogrifosis (penebalan dan distorsi kuku, umumnya pada ibu jari kaki dan mengenai orang lanjut usia), liken planus, trauma, atau keganasan. Pemeriksaan mikroskopis langsung dari kerokan kuku kadang-kadang memberikan hasil negatif (false negative), sehingga pemeriksaan kultur jamur perlu dilakukan. Pemeriksaan kultur jamur dilakukan untuk menegakkan diagnosis serta menentukan spesies penyebab penyakit, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.

Pengobatan jamur pada kuku

     Setelah diagnosis penyakit jamur kuku ditegakkan, dokter akan memberikan terapi antijamur. Terapi yang diperlukan umumnya tidak cukup dengan obat oles saja (topikal), tetapi diperlukan pula obat minum (oral). Dengan pemberian obat secara oral, diharapkan obat bekerja lebih baik sehingga pengobatan jamur lebih tuntas.

     Obat antijamur oral harus diminum berdasarkan aturan dari dokter, dan pasien tidak boleh mengonsumsi dengan membeli obat sendiri di apotek. Beberapa obat antijamur oral memiliki efek samping terhadap hati (liver) dan dapat meningkatkan fungsi enzim hati. Pemeriksaan enzim hati disarankan terlebih dahulu pada beberapa pasien sebelum memulai terapi antijamur oral. Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pengobatan antijamur adalah:

  • Pengobatan antijamur oral memerlukan waktu yang lama dan dapat mencapai 3 bulan;
  • Beberapa obat antijamur dapat menimbulkan interaksi dengan obat lain, sehingga pemberiannya harus dipertimbangkan dengan seksama terutama pada pasien yang sedang mengonsumsi obat-obat lain;
  • Kuku kadang-kadang tidak langsung terlihat normal meskipun telah menyelesaikan pengobatan antijamur.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pasien adalah kemungkinan timbulnya kembali penyakit jamur kuku meskipun pasien sebelumnya sudah dinyatakan sembuh. Oleh karena itu, seseorang harus tetap menjaga dan merawat kuku untuk mencegah timbulnya penyakit jamur timbul kembali.

Pencegahan penyakit jamur kuku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun