Mohon tunggu...
Fatih Kanza Negara
Fatih Kanza Negara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa, Asisten Laboratorium Tegangan Tinggi ITS

Saya adalah seorang mahasiswa teknik elektro yang tertarik di bidang energi terbarukan. Saya juga menekuni bidang pengelolaan sumber daya manusia melalui pengalaman di berbagai organisasi. Saya juga memiliki ketertarikan di bidang digital marketing dan penjualan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Inovasikan Alat Pemberi Pakan Otomatis, KKN ITS Dorong Potensi Budi Daya

30 November 2022   06:30 Diperbarui: 30 November 2022   08:47 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri: Tim KKN Abmas ITS saat menunjukkan cara kerja alat pakan udang otomatis di Desa Tambakploso, Kabupaten Lamongan


Tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan alat pemberi pakan udang otomatis untuk budi daya tambak udang di Dusun Gabus, Desa Tambakploso, Kabupaten Lamongan. Alat berbasis Internet of Things (IoT) ini diberikan untuk meningkatkan potensi setempat. 

Salah satu anggota tim ini, Fatih Kanza Negara, menyatakan bahwa Lamongan sudah sejak lama memiliki potensi dalam budi daya udang. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian besar petambak disana juga memiliki pekerjaan lain sehingga perawatan tambak sering terbengkalai dan tidak optimal. “Pemberian makan udang yang masih manual mengharuskan mereka datang ke tambak setiap jam tertentu,” jelasnya. 

Hal itu menyebabkan tidak teraturnya jadwal pemberian makan udang sehingga juga berpengaruh terhadap sedikitnya hasil panen. Masalah tersebut menginisiasi diperlukannya suatu alat efektif untuk membantu masyarakat dalam memaksimalkan hasil tambak mereka. “Melalui inovasi ini, mereka jadi tidak perlu ke lokasi setiap waktu dan mengurangi gangguan ke pekerjaan lainnya,” tambah mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS ini. 

Inovasi berupa alat pemberi pakan udang otomatis portabel berbasis IOT ini memanfaatkan energi matahari sebagai pasokan energi. Hal itu menjawab tantangan bahwa lokasi alat tersebut nantinya akan diletakkan di tengah tambak yang susah mendapatkan pasokan listrik. “Jadi kita mengakali dengan  menggunakan panel surya 100 watt peak,” terang Fatih, sapaan akrabnya. 

Dokpri: Sosialisai alat pemberi pakan udang otomatis berbasis portabel kepada masyarakat
Dokpri: Sosialisai alat pemberi pakan udang otomatis berbasis portabel kepada masyarakat
Alat ini memanfaatkan blower yang berfungsi untuk menyemburkan pakan udang yang sudah disiapkan dengan jangkauan satu hingga dua meter. Masyarakat juga dapat mengatur volume pakan udang dan frekuensi waktu penyemprotan pakan dalam satu hari secara langsung. Alat ini juga disinyalir mampu menghasilkan daya yang lebih besar dari standarnya agar tetap bisa bekerja beberapa hari tanpa sinar matahari. “Jadi jika cuaca mendung, alat tetap dapat berfungsi,” tuturnya.

Proses pembuatan dan pengembangan inovasi ini berjalan selama dua bulan. Beberapa upaya meliputi riset terkait masalah elektrik dan pemrograman, penyusunan kerangka, hingga simulasi akhir dilakukan dalam jangka waktu tersebut. “Salah satu proses paling rumit adalah ketika kami harus menyatukan rangka dan fitur lain karena sempat ditemukan beberapa hal yang belum sesuai,” ungkap mahasiswa angkatan 2020 ini.

Ketua Tim KKN Abmas Laboratorium Tegangan Tinggi ITS bersama Kepala Desa Tambakploso, Lamongan /Dok pribadi
Ketua Tim KKN Abmas Laboratorium Tegangan Tinggi ITS bersama Kepala Desa Tambakploso, Lamongan /Dok pribadi

Tidak hanya sekedar menyerahkan inovasinya, tim KKN Abmas dari Laboratorium Tegangan Tinggi Departemen Teknik Elektro ITS ini juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Mereka menjelaskan beberapa hal mengenai cara kerja, perawatan, serta memberikan buku panduan sederhana yang mencakup berbagai hal termasuk mengatasi kemungkinan masalah yang akan terjadi.

Fatih menegaskan saat ini timnya sedang berfokus pada tahap evaluasi melalui proses observasi terkait apa yang dirasakan oleh mitranya. Proses itu dilakukan untuk mendapatkan masukan jika ditemukan kendala dalam proses pemanfaatan alat tersebut. “Tidak menutup kemungkinan dari hasil evaluasi ini nanti kami dapat memberikan beberapa alat inovasi yang lain untuk membantu masyarakat di sana,” pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun