Mohon tunggu...
Fatih Ismail
Fatih Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Kedokteran Universitas Airlangga

menyukai hal berbau ilmiah dan psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Masihkah Dunia Pendidikan Menggunakan Kertas dalam 10 Tahun Mendatang?

6 Juni 2022   19:30 Diperbarui: 6 Juni 2022   19:32 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

           Sejak ditemukan pada zaman Mesir kuno, kertas menjadi bahan yang sangat penting bagi manusia. Sifatnya yang ringan dan mudah menyerap cairan, membuat kertas menjadi media paling ideal untuk kegiatan tulis-menulis. Pada mulanya, kertas hanya digunakan oleh kerajaan untuk menulis peristiwa penting, perjanjian, dan peraturan penting kerajaan. Hal ini dikarenakan harga kertas yang masih mahal pada saat itu. Seiring berjalannya waktu, harga kertas yang semakin terjangkau membuat permintaan kertas semakin meningkat. Penggunaan kertas pun semakin berkembang. Mulai dari sarana pendidikan, alat tukar, penyebaran berita, media seni, hingga bungkus nasi goreng.

            Namun, perlahan fungsi utama kertas sebagai media catatan semakin berkurang. Perkembangan komputer dan gawai mulai menggantikan fungsi kertas. Koran yang sejak dahulu sebagai alat untuk menyebarkan berita, kini mulai tergantikan oleh media elektronik melalui gawai. Ukurannya yang ringkas dan biaya operasional yang tergolong murah, membuat gawai lebih diminati, khususnya pada generasi muda. Buku-buku yang selama ini hadir dalam bentuk fisik, mulai terbit dalam versi elektronik. Hal ini sangat memudahkan pembaca. Buku yang semula besar dan berat, menjadi lebih fleksibel untuk dibawa ke mana saja.

            Masalah beban buku yang berat tersebut juga dialami oleh para pelajar, yang setiap hari harus menenteng buku seberat kurang lebih 5 kg menuju ke sekolah. Tentunya hal tersebut sangat tidak efektif dan efisien. Belum lagi para siswa harus menyiapkan peralatan pendukung, seperti alat tulis, sampul buku, dan lainnya.

            Masalah tersebut mulai disadari oleh para tenaga pengajar di awal abad 21. Mereka mulai menggunakan berkas elektronik untuk menyampaikan materi pelajaran dan penugasan kepada para siswa. Metode ini dinilai cukup praktis, karena siswa tidak perlu membawa peralatan yang terlalu banyak. Siswa juga dapat mengerjakan penugasan tersebut secara fleksibel di segala tempat. Hal itu bersamaan dengan berkembangnya gawai portable, yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Namun, meski pengajaran melalui media elektronik ini terbukti sangat mudah, belum semua instansi pendidikan/pengajar menerapkan sistem ini. Mereka masih enggan untuk merubah kebiasaan lama mereka dalam menggunakan media kertas.

            Hingga pada pandemi Covid-19 pada tahun 2019 lalu, seluruh sektor dunia mengalami perubahan. Pembatasan aktivitas sosial  mengakibatkan digitalisasi besar-besaran. Banyak kegiatan masyarakat yang terpaksa dilakukan secara daring. Secara perlahan, masyarakat mulai menyukai kegiatan serba digital ini. Bahkan pada saat ini, di mana pandemi sudah mulai mereda, banyak sekolah dan universitas yang tetap melaksanakan metode daring pada pelaksanaannya. Laporan praktikum atau penugasan yang semula ditulis tangan, sekarang tinggal mengetik dalam bentuk dokumen. Ujian yang selama ini menggunakan kertas, sekarang bisa dilakukan dari gawai masing-masing

            Penggunaan media kertas semakin hari semakin berkurang karena perubahan ini. Di tingkat universitas, penyampaian materi dari dosen telah sepenuhnya menggunakan aplikasi power point. Textbook berukuran besar yang selama ini sebagai rujukan juga telah terbit dalam versi e-book. Semua penugasan diunggah dalam bentuk berkas elektronik. Hal ini juga berlaku di jenjang SMA, SMP, bahkan SD. Anak-anak yang masih belum genap 10 tahun sudah mahir dalam membuat dokumen dan membaca buku melalui gadget mereka. Di tambah lagi, sekarang siswa dapat mencatat di gadget dengan tulisan tangan mereka sendiri, yaitu melalui pena elektronik dan tablet. Hal ini menjadi solusi untuk melatih ketrampilan motorik yang selama ini tidak bisa dilakukan melalui gawai. Tentu hal ini membuat penggunaan gawai di bidang pendidikan semakin sempurna dan layak untuk diterapkan secara menyeluruh.

            Di samping keuntungan yang diperoleh, penggunaan gadget juga menuai pendapat dari sisi kontra. Dari sisi kesehatan, penggunaan gawai dalam waktu lama akan membuat mata lelah. Hal ini tentunya cukup mengkhawatirkan, sebab belajar membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dari sisi ekonomi, pengadaan gadget yang memadai untuk kegiatan belajar dan mengajar membutuhkan biaya yang lumayan tinggi. Hal ini tentunya menghambat pembelajaran yang harusnya dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Selain itu, banyak aplikasi atau konten yang dapat mengalihkan konsentrasi belajar saat menggunakan gawai. Hal ini tentunya dapat menurunkan kualitas belajar para siswa. Akibatnya, apabila tidak digunakan dengan bertanggung jawab, gawai justru akan menghambat proses belajar.

            Di samping dampak buruk mengenai penggunaan gawai, dampak positif yang diperoleh jauh lebih banyak daripada menggunakan kertas. Penggunaan kertas pada saat ini sudah tidak relevan, apabila kita melihat dunia ini sudah semakin portable. Limbah yang dihasilkan dari penggunaan kertas juga memunculkan masalah tersendiri. Apabila kita melihat kembali sejarah kertas, sisi negatif yang ada pada gawai tentunya akan hilang seiring perkembangan teknologi. Kelak, gawai akan dilengkapi berbagai fitur baru untuk menunjang kegiatan pembelajaran, dengan harga terjangkau. Apalagi, perkembangan gawai dalam 10 tahun terakhir sangatlah pesat. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa dalam 10 tahun mendatang, kertas akan sepenuhnya digantikan oleh gawai. Jadi, kamu memilih belajar menggunakan gawai atau kertas?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun