Mohon tunggu...
Fathur Rachim
Fathur Rachim Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar Abad 21

Pengamat Pendidikan, Narasumber Nasional terkait Asesmen dan Bank Soal, Teknologi Pendidikan, STEAM, Computational Thinking, E-learning dan Kebijakan Pendidikan. Aktif di HIPPER Indonesia (hipper.or.id), Google Certified, INTEL Education Visionaries Ambassador. Pengalaman benchmarking dalam bidang pendidikan ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Amerika, Korea Selatan dan India. (www.fathur.web.id)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Problem Mapel TIK, Muhadjir Effendi Generasi Ke-3 Mendikbud?

27 Juli 2016   18:23 Diperbarui: 27 Juli 2016   18:39 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Anies Baswedan atas segala usaha dan upayanya dalam memajukan pendidikan di Indonesia dan selamat berkarya di bidang yang lainnya. Serta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Prof. DR. Muhadjir Effendi selamat bertugas dan semoga dapat membawa perubahan dalam dunia pendidikan kearah yang lebih baik serta mampu menyelesaikan PR-PR dunia pendidikan sebelumnya yang masih belum terselesaikan.

Muhadjir Effendy Muhadjir Effendy adalah seorang tokoh pendidikan, yang oleh publik lebih dikenal sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan guru besar bidang sosiologi pendidikan di Universitas Negeri Malang (UM). Di samping itu, publik juga mengetahui Muhadjir sebagai seorang pengamat militer dan salah seorang wakil ketua di jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Pendidikan dan Kebudayaan.

Salah satu PR terbesar bagi Prof. Muhadjir dalam kurun waktu masa bhakti 3 tahun kedepan adalah menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan mata pelajaran TIK demi Ketahanan Nasional dan Kemandirian Bangsa. Sudah saatnya pemerintah mengembalikan TIK/KKPI sebagai Mata Pelajaran tentunya dengan segala koreksi yang harus dilakukan dalam konten dan muatan mata pelajarannya. Kini Indonesia telah menandatangani kesepakatan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang akan diberlakukan 1 Januari 2016 yang lalu. Indonesia harus memiliki daya saing di segala bidang, termasuk bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.

 Indonesia harus mampu menjadi negara Penghasil Teknologi bukan negara Pemakai Teknologi (konsumen teknologi) bahkan yang lebih “mengerikan” menjadi tujuan atau sasaran pasar teknologi dari negara-negara di ASEAN atau ASIA bahkan Amerika dan Dunia.

Amerika, Inggris, Belanda, Jepang, Korea, India, Singapura, Thailand, Philipine dan negara-negara lainnya begitu peduli dengan kemandirian dibidang Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Sains. Mereka telah mengadaptasi Computer Sains sebagi bagian dari STEAM-CS kedalam struktur kurikulum pendidikan mereka dimulai dari jenjang pendidikan dasar (SD). Bagaimana dengan Indonesia ? Di negara kita, mata pelajaran TIK/KKPI turun derajatnya menjadi bentuk Bimbingan/Layanan yang sifatnya OPTIONAL untuk dilaksanakan. Lantas bagaimana bisa mengadaptasi Computer Sains ?

Saat ini Computer Science (TIK terbarukan) sebagai mata pelajaran khusus memang telah menjadi Trend Pendidkan Global di hampir seluruh negara maju di dunia. Kita mendorong pemerintah mengadaptasi Computer Science bukan karena telah menjadi Trend bukan pula untuk menciptakan para programmer handal, akan tapi kita harus SEGERA mengadaptasi Computer Science untuk KEPENTINGAN NASIONAL, kepentingan bangsa dan negara kita untuk bisa menghasilkan SDM yang unggul dan tangguh dalam menghadapi persaingan global dimana Computer Science merupakan salah satu basic skill baru untuk bisa bersaing di era global.

Presiden Amerika, Obama sampai berujar di blog resmi Gedung Putih (Whitehouse) "Computer Science for All is the President’s bold new initiative to empower all American students from kindergarten through high school to learn computer science and be equipped with the computational thinking skills they need to be creators in the digital economy, not just consumers, and to be active citizens in our technology-driven world. 

Our economy is rapidly shifting, and both educators and business leaders are increasingly recognizing that computer science (CS) is a “new basic” skill necessary for economic opportunity and social mobility." Obama juga berujar "In the coming years, we should build on that progress, by … offering every student the hands-on computer science and math classes that make them job-ready on day one."

Kita guru-guru TIK dan seluruh anak bangsa berharap besar Prof. Muhadjir bisa lebih bijaksana dan revolusioner dalam menyikapi permasalahan ini. Dan dapat mewujudkan keinginan pemerintahan Jokowi-JK agar Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia-Pasifik serta menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia melalui pendidikan dan pembelajaran TIK terbarukan (TIK sebagai Mata Pelajaran).

Kurikulum 2013 sudah memasuki tahun ke-empat, yang artinya sudah ada satu jenjang generasi muda kita kehilangan "basic skill", bahkan saat ini kita benar-benar memasuki masa-masa Darurat TIK. Kita berharap Prof. Muhadjir dapat mengembalikan dan melanjutkan TIK sebagai mata pelajaran seperti yang pernah dirancang oleh kolega beliau yakni Prof. Malik Fadjar dan Prof. Bambang Sudibyo selaku Mendikbud dimana TIK dilahirkan sekaligus kolega beliau di PP Muhammadiyah. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun