Mohon tunggu...
Fatkhur Rahman
Fatkhur Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Penerjemah Lepas EN >< ID

Penerjemah Lepas EN >< ID

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Le Grand Voyage

11 April 2018   10:16 Diperbarui: 11 April 2018   10:27 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kasus First Travel belum divonis di pengadilan, skandal biro perjalanan umrah kembali menggegerkan tanah air. Sebuah perusahaan bernama PT Amanah Bersama Umat (Abu Tours) telah mengumpulkan uang sebesar 1,8 triliun rupiah yang dikumpulkan dari 86.720 jemaah. Namun, para jemaah tidak kunjung diberangkatkan dalam jangka waktu yang telah dijanjikan (Kasus Abu Tours, Terkumpul Dana hingga Rp 1,8 Triliun dari 86.720 Jemaah. (sumber).

Sangat ironis bila niat mulia untuk menunaikan ibadah umrah justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk keuntungan secara jahat. Bukan rahasia bila jemaah harus menabung selama bertahun-tahun demi menempuh perjalanan ke Tanah Suci. Dikutip dari laman detik.com, 3 orang nenek di Maros, Sulawesi Selatan, harus mengubur impiannya setelah uang yang sekian lama mereka kumpulkan tidak jelas lari ke mana (Masya Allah! Teganya Abu Tours Menipu Tiga Nenek Ini). (sumber)

Selain di dunia nyata, perjuangan untuk beribadah di Mekkah juga dapat ditemukan dalam karya fiksi, salah satunya film berjudul Le Grand Voyage, yang dibuat sutradara asal Prancis Ismael Ferroukhi. Kisah dalam film ini berpusat pada seorang remaja keturunan Maroko bernama Reda dan ayahnya dalam perjalanan sejauh ribuan kilometer dari Negeri Menara Eiffel menuju Arab Saudi dengan mengendarai sebuah mobil tua.

Diceritakan bahwa Reda adalah seorang remaja yang tercerabut dari akar budaya nenek moyangnya. Ia hidup bersama sang ibu yang telah bercerai. Tiba-tiba Reda diminta, atau mungkin lebih tepatnya dipaksa, oleh ayahnya untuk menemani dalam perjalanan ke Mekkah. Ia pun harus meninggalkan sekolah dan pacarnya.

Meski berhubungan darah, hubungan ayah dan anak dalam film ini terlihat kaku karena perbedaan budaya. Reda memilih berbicara dalam bahasa Prancis, sedangkan sang ayah cenderung bertutur dalam bahasa Arab. Di samping itu, keduanya juga kerap berbeda pandangan dalam berbagai hal, seperti bagaimana mengatur bekal uang dan makanan serta menentukan kapan saatnya beristirahat.

Konflik juga berulang kali terjadi ketika mereka bertemu beragam karakter di sepanjang perjalanan. Kemunculan seorang perempuan tua dan bisu yang menumpang mobil mereka menyebabkan Reda merasa tidak nyaman meskipun wanita itu menyelamatkan mereka dari salah arah. 

Di Turki, seseorang yang mengaku bernama Mustapha meminta tumpangan. Tanpa berpikir panjang, Reda mengizinkannya. Padahal, sang ayah telah mengingatkan Reda agar tidak mudah percaya orang yang baru dikenal. Benar saja, esok paginya Mustapha telah menghilang dan membawa kabur semua uang ayah Reda.

Namun, perjalanan harus tetap dilanjutkan. Ayah Reda ternyata masih menyimpan fulus di lipatan ikat pinggang yang rencananya akan digunakan sebagai ongkos pulang.

Perjalanan lintas benua ini menjadi momen bagi Reda dan ayahnya untuk saling mengenal hingga lambat laun hubungan mereka mencair.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun