Mohon tunggu...
Fathin Amim Mufidah
Fathin Amim Mufidah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pola Pikir Orangtua Anak Normal terhadap Keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus di Kelas

14 Desember 2020   12:17 Diperbarui: 14 Desember 2020   12:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya, bahwa setiap manusia pasti mempunyai hak untuk menempuh dan mendapatkan pendidikan. Tidak peduli apakah orang tersebut berasal dari strata ekonomi menengah atas, atau menengah kebawah, orang yang berfisik sempurna maupun yang memiliki kelainan fisik, dll. Setiap orang berhak akan pendidikan di negara ini. Tidak terkecuali juga untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus di antaranya adalah seperti anak yang mengidap autisme, anak yang mengalami kesulitan belajar baik yang ringan, sedang, maupun yang parah, anak dengan gangguan komunikasi, dll.

Pada awalnya, anak-anak ini tetap digolongkan dengan anak-anak normal lainnya. Tetap ditempatkan di kelas yang sama. Namun, lama kelamaan, banyak guru- dan para pendidik serta orang tua menyadari tidak adanya perubahan yang berarti. Jadi, di dirikannyalah banyak sekolah-sekolah khusus yang berisi anak-anak berkebutuhan khusus itu pula.

Di mana semua pengajarnya tentu sudah berpengalaman dan memiliki serta memahami cara mengajar yang baik dan tepat bagi anak-anak itu. Akan tetapi, sebenarnya anak-anak ini cukup berkembang di berbagai aspeknya, namun ada beberapa aspek lain yang tentu juga masih dirasa kurang.

Seperti misalnya jika anak-anak ini menghabiskan seumur hidupnya untuk belajar di tempat-tempat khusus seperti itu, dengan teman yang seragam dan guru yang itu-itu saja, lantas kapan anak-anak tersebut belajar mengenai apa itu dunia luar. Kapan anak mengerti bagaimana cara bersosialisasi dan berkomunikasi yang baik dengan orang-orang normal lainnya.

Justru, hal itu akan semakin membuat anak merasa dirinya "berbeda" bukan, dengan anak-anak normal lainnya. Jika semasa kecilnya menghabiskan banyak waktu di sekolah khusus, kemudian saat usia dewasa dibiarkan untuk mencicipi kelas dan sekolah reguler seperti kebanyakan anak lainnya, apa anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut tidak kaget?

Oleh karena itu, beberapa sekolah reguler baik di dalam negeri ini maupun di luar negeri sudah menyanggupi untuk menerima dan siap memberikan ilmu dan mengembangkan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus. Tentunya dengan didampingi orang yang berpengalaman juga. Atau sebelumnya, sudah ada guru dan pendidik khusus yang ditujukan untuk mengajar anak-anak ini.

Dengan begitu, anak-anak berkebutuhan khusus ini dapat belajar bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman lainnya di kelas. Dan juga secara tidak langsung membuat si anak menyadari bahwa dirinya juga sama seperti kebanyakan anak yang lainnya. Makhluk ciptaan Tuhan yang sejak lahir telah ditetapkan hak-haknya layaknya anak-anak yang lain.

Nah, beruntung jika si anak berkebutuhan khusus saat dimasukkan ke dalam sekolah biasa dan diterima dengan baik oleh teman-teman sekelasnya. Akan tetapi, pernahkan kalian berpikir bagaimana tanggapan para orang tua anak-anak normal ketika menjumpai ada anak berkebutuhan khusus yang berada di kelas yang sama dengan anak-anak mereka?

Mungkin sebagian ada yang menerima dengan lapang dada, ada juga yang bersikap biasa saja, dan tetu ada juga yang merasa risih dengan keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus. Bahkan, ada orang tua yang bahkan mengungkapkan ketakutan mereka jika anak-anaknya ikut "tertular" kelainan dan kekurangan anak-anak berkebutuhan khusus.

Satu yang terlintas di pikiran saya ketika mengetahui hal itu, "hah? Bagaimana ada orang yang berpikir bahwa kelainan anak-anak tersebut dapat menular?". Sepertinya benar, tidak hanya anak-anak saja yang perlu dididik. Akan tetapi, ada juga orang tua yang perlu mendapat edukasi lebih mengenai hal-hal mendasar seperti itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun