Mohon tunggu...
Fathin Amim Mufidah
Fathin Amim Mufidah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Proyek Sederhana sebagai Stimulus Pengembangan Kreativitas Anak

16 November 2020   19:33 Diperbarui: 16 November 2020   20:10 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya, setiap anak terlahir dengan potensi kreatif yang Tuhan berikan kepadanya. Dengan adanya potensi-potensi tersebutlah, seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.Akan tetapi, potensi-potensi yang terpendam akan semakin terbuang sia-sia jika tidak diberi stimulasi yang memungkinkan bertumbuhnya ide-ide kreatif dalam diri seorang anak. Begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itu, sebagai upaya guru dan orang tua untuk mengembangkan potensi dan  daya kreativitas anak-anaknya sangat banyak sekali bentuk dan macam metodenya, salah satunya yaitu dengan mengerjakan suatu proyek tertentu. Dengan adanya kegiatan proyek ini diharapkan dapat memancing kreativitas dan bakat terpendam dalam diri seorang anak.

Ketika mendengar kata "proyek" mungkin sebagian besar dari kita alan berpikir bahwa yang dimaksud adalah proyek-proyek besar yang dikerjakan oleh para insinyur atau arsitek saat membangun sebuah bangunan yang besar. Padahal, jika kita berpikir lebih luas, kegiatan proyek ini ada banyak macamnya, loh.

Kegitan-kegiatan sederhana yang diperkenalkan oleh orang tua di rumah seperti membuat taman bunga, atau bahkan yang diperkenalkan oleh guru di kelas seperti membuat dekorasi ruang kelas juga dapat disebut sebagai proyek. Yang tanpa disadari, kegiatan yang anak-anak pikir hanya sebagai kegiatan yang menyenangkan ini, ternyata juga memiliki banyak sekali manfaat. 

Antara lain meningkatkan kemampuan dalam seni dan menumbuhkan ide-ide kreativitas, menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat, mempererat rasa solidaritas, serta meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman atau orang-orang di sekitarnya. Karena kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama.

Proyek sendiri merupakan suatu kegiatan yang mengedepankan kemampuan anak dalam berinteraksi bersama suatu kelompok, alias dikerjakan secara bersama-sama. Oleh karena itu, selain dapat mengembangkan kreativitas, kegiatan semacam proyek ini juga dapat menstimulasi perkembangan sosial dan emosional anak. Dalam pengerjaannya pun sebisa mungkin terdiri dari kegiatan yang tidak hanya mendidik melainkan juga menyenangkan dan dapat menghibur anak-anak.

Seperti yang kita ketahui, metode proyek ini merupakan kegiatan yang berlandaskan "Learning by doing". Mungkin hampir sama dengan metode eksplorasi, metode proyek ini juga mengajak anak-anak untuk belajar dengan secara langsung terlibat dalam kegiatannya.

Akan tetapi, bedanya jika pada kegiatan eksplorasi anak-anak hanya tinggal menikmati dan mengamati berbagai benda, baik yang alami maupun yang buatan yang telah tersaji di sekitar mereka. Sedangkan, pada proyek ini anak-anak dituntun untuk "membuat" sendiri bahan atau media pembelajarannya. Tentunya dengan bantuan dan arahan dari guru maupun orang tua.

Biasanya, kegiatan ini sering kali kita temukan pada sekolah-sekolah dasar, bahkan ada beberapa taman kanak-kanak yang sudah menerapkan metode ini pula. Sebelumnya, seorang guru harus terbiasa berpikir kreatif demi mewujudkan ide-ide untuk kemudian dituangkan dalam pembelajaran anak-anak didiknya.

Salah satu kegiatan proyek yang paling sering kita temukan adalah kegiatan menghias kelas. Dengan kegiatan menghias kelas ini, anak-anak dapat meningkatkan kemampuan seni dan kreativitas. Serta membuat anak-anak semakin betah belajar dalam kelas karena suasana yang nyaman dan dekorasi yang sesuai dengan keinginan mereka.

Yang menjadi acuan dalam keberhasilan penerapan metode proyek ini adalah keterlibatan anak di dalamnya. Entah itu keterlibatan mereka dalam memilih proyek apa yang akan dikerjakan, dimulai dari proses memklih benda dan bahan-bahan untuk menyusun proyek, keterlibatan mereka dalam kegiatan pengerjaannya, hingga pada proses penyelesaiannya.

Sebagai contoh, misalkan guru mengajak anak-anak didiknya untuk mendekorasi ruang belajar, agar terlihat lebih indah dan nyaman. Sebelumnya, guru dan anak-anak memilih kira-kira bahan apa saja yang akan dibutuhkan untuk me dekorasi ruangan tersebut. Kemudian, pajangan atau properti apa saja yang akan dikerjakan untuk memperindah ruangan. Tidak lupa, guru juga harus memastikan bahwa setiap anak didiknya mempunyai peran masing-masing di dalam kegiatan proyek ini.

Hal itu dilakukan agar setiap anak dapat mengembangkan kreativitas mereka. Karena pada kegiatan ini, anak-anak diberi kesempatan serta pengalaman secara langsung untuk mencoba menuntaskan proyek tersebut. Sehingga, mereka juga akan terhibur dan tidak merasa bosan. Dengan ini, juga akan mengakibatkan kegiatan belajar dan mengajar mereka menjadi bermakna.

Selain itu, kegiatan di rumah yang dapat dilakukan dengan metode proyek ini, misalnya mengajak anak membuat dan menghias kue ulang tahun. Meski kedengarannya sederhana, saya cukup yakin bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi anak. Karena saya juga pernah menerapkan hal ini pada keponakan saya.

Yang pada saat itu, dia sedang sedih karena tidak bisa merayakan hari ulang tahunnya bersama teman-teman di sekolahnya. Untuk mengusir rasa sedihnya tersebut, saya dan ibu dari keponakan saya itu akhirnya memikirkan sebuah cara, yaitu dengan mengajak dia membuat kue sendiri di rumah.

Dimulai dari dia yang menentukan membuat kue dengan bentuk yang bagaimana, rasa apa, dan apa warnanya. Kemudian pergi ke toko bahan kue untuk membeli bahan-bahannya, hingga pada proses memasak. Setelah ditanyai, ternyata bagian yang paling menyenangkan baginya adalah saat-saat menghias kue tersebut. Kami membebaskan dia untuk mengaplikasikan krim berwarna-warni yang dia torehkan sesuka hatinya di permukaan kue tersebut.

Pada awalnya, dia terlihat ragu untuk "menggambar" sendiri di atas kue tersebut. Dan kami pun membantunya sedikit demi sedikit. Akhirnya, pada tahun ini pun, karena sekali lagi dia tidak bisa merayakan hari ulang tahun dengan teman-teman di kelas karena pandemi ini, kami berinisiatif untuk mengajaknya membuat kue lagi, dan dibalasnya dengan anggukan antusias. Yang cukup membuat kami terkejut, dia tidak mau dibantu saat menghias kue, dan lebih memilih untuk menggambarnya dengan karakter-karakter sesukanya. Meskipun masih terkesan acak-acakan, namun setidaknya dia cukup percaya diri untuk menyelesaikan proyek kecilnya tersebut.

Nah, terbukti kan bahwa kegitan proyek ini dapat mengembangkan potensi dan daya kreativitas anak-anak? Yang paling penting adalah guru dan orang tua harus memfasilitasi semampunya agar kreativitas dalam diri anak tidak terkurung dan terbuang sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun